Antologi Sastra, review Noviane Asmara

Dalam Bahasa Sunda yang kebetulan merupakan Bahasa Ibu saya, Pawon berarti dapur.

Saya tidak tahu secara pasti arti Pawon dari judul buletin yang berisi kumpulan cerita pendek ini. Apakah sama-sama berarti dapur atau bukan. Mungkin bisa saja berarti dapur, dengan maksud dapur sastra. Tempat mengolah tulisan baik cerita fiksi, cerita non fiksi, puisi, karikatur ataupun berita untuk dimasak agar menjadi sebuah santapan atau sajian yang enak dan menggugah selera para pembaca, seperti saya.

Buletin Sastra Pawon ini begitu tipis, hanya 96 halaman saja. Tetapi jangan salah, karena di dalamnya terdapat banyak cerita pendek, esai, dan esai. Ups, tidak hanya cerpen, esai dan puisi saja, tetapi ada juga ulasan berita tentang liputan Ubud Writer and Reader Festival 2010, yang didakan di Ubud bali beberapa waktu yang lalu.

Kali ini saya tidak akan khusus mengulas tentang isi salah satu dari cerpennya saja. Saya ingin mengulas keseluruhan isi dari buletin ini.

Buletin Pawon ini, berisi dari lima cerpen, lima puisi dan lima esai ini, rata-rata ide ceritanya masih mengusung kisah kehidupan manusia dan cinta. Dan ada satu dari cerpen ini yang menjadi favorit saya, yaitu Perempuan Sunyi karya Gendut Pujiyanto.

Terus terang saya suka dengan ide ceritanya, tapi saya kurang puas dalam membacanya, karena baru saja membaca, tiba-tiba semuanya selesai. Itulah cerpen. Saya berharap Perempuan Sunyi ini bisa ditulis menjadi novel, karena saya yakin ceritanya masih belum tuntas dan sayang bila hanya dituntaskan sampai di situ saja.

Akan lebih menarik bila dibuat luas menjadi satu novel dengan pengembangan dari segi latar belakang si Perempuan Sunyi ini. ini hanya sekedar usul dari rasa ketidakpuasan saya saja.

Adapun nama-nama penulis yang cerpennya berada di Pawon ini rata-rata adalah mahasiswa yang mempunyai hobi menulis, seperti Made Kartika Sari dan Gendut Pujianto. Tapi ada pula penulis yang beberapa tulisannya sudah pernah diterbitkan di media-media cetak, seperti Santoso Rukatam.

Esai-esai yang berada di Pawon ini pun tak kalah menariknya. Salah satu esai yang saya suka adalah esai dari Sartika Dian Nuraini, yaitu Perempuan dan Seksualitas: Tafsiran The diary of young girl. Begitu pula dengan esai Bandung Mawardi tentang Hajat Sastra Khotbah. Esai yang sangat menarik buat saya dan memberikan banyak informasi dan pembelajaran.

Satu lagi yang menjadikan Pawon ini begitu beragam, layaknya bumbu yang berada di dapur. Pawon juga menghadirkan kartun lucu hasil oretan dari Anton WP, yang pasti sudah tidak asing lagi namanya untuk kita. Ternyata Anton WP ini tidak hanya fasih menulis kisah Mitologi dan cerita fiksi. Tapi beliau juga sangat fasih menggoreskan penanya menjadi karikatur dengan cerita plesetan yang lucu. Menjura untuk Mas Anton WP.

Bahagia sekali rasanya bila satu hari nanti puisi-puisi saya yang jumlahnya lumayan banyak itu dan selama ini hanya menjadi penghuni setia hard disk komputer saya, bisa dimuat di buletin sastra Pawon ini. Buletin yang dibagikan secara gratis di setiap acara-acara sastra di Solo.

Terima kasih untuk Mas Yudhi Herwibowo yang telah baik hati memberikan buletin sastra edisi 31 tahun III/2010 ini pada saya. Semoga walau saya tidak berdomisili di Solo dan belum pernah mengikuti acara-acara sastra di Solo, tetapi saya akan selalu berkesempatan membaca rutin buletin sastranya.

Sebagai penutup, saya akan menuliskan satu puisi dari I Putu Gede Pradipta yang berjudul Tilas. Puisi-puisi karya beliau ini telah wara-wiri di Harian online Kabar Indonesia, Bekasinews, Koran Digital dan Kompas.com.

Tilas

Kembaranku yang berjumpa samadi debu
Di ilang lintas napas waktu
Berakhir linglung lunglai
Di paha belati runcingmu

Sesayat, tetikam, rerajam
Adalah permainan kanak kita
Yang alpa dengan segala cemas suara ibu
Namun begitu gegas pula
Bingkah bayang perih masa bertandang
Mengoyak rumbaian nanar tatap
Menaut sepintas cakap kematian kita
Yang getas dan tak pernah tuntas mendewasa
Kita pun larut makin keriput
Makin keriput

Share:

1 komentar