Wednesday 28 December 2016

Quotes from Pramoedya Ananta Toer


"Seorang terpelajar itu harus adil, sejak dalam pikiran!" 
— Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
 
“Mengobrol adalah suatu pekerjaan yang tak membosankan, menyenangkan, dan biasanya panjang-panjang.”
Pramoedya Ananta Toer, Bukan Pasar Malam

“Laut tetap kaya takkan kurang, cuma hati dan budi manusia semakin dangkal dan miskin.”
Pramoedya Ananta Toer, Gadis Pantai

 “Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan.”
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

 “Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?”
― Pramoedya Ananta Toer

“Manusia yang wajar mesti punya sahabat, persahabatan tanpa pamrih. Tanpa sahabat hidup akan terlalu sunyi.”
Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

“Ya, alangkah indah masa kecil yang lalu. Dan kini aku menembangkan keindahan dalam kenang-kenangan.”
Pramoedya Ananta Toer, Bukan Pasar Malam

 “Dan alangkah indah kehidupan tanpa merangkak-rangkak di hadapan orang lain”
― Pramoedya Ananta Toer

“Kalau mati, dengan berani; kalau hidup, dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita.”
― Pramoedya Ananta Toer

“Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya.” 
― Pramoedya Ananta Toer, Rumah Kaca

“Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri.”
 ― Pramoedya Ananta Toer

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” 
 ― Pramoedya Ananta Toer, Rumah Kaca

“Pada setiap awal pertumbuhan, katanya, semua hanya meniru. Setiap kita semasa kanak-kanak juga hanya meniru. Tetapi kanak-kanak itu pun akan dewasa, mempunyai perkembangan sendiri.”
Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

"Setiap pengalaman yang tidak dinilai baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain akan tinggal menjadi sesobek kertas dari buku hidup yang tidak punya makna. Padahal setiap pengalaman tak lain daripada fondasi kehidupan." 

Tuesday 27 December 2016

Workshop Puisi di International Rain Festival 2017


Sekadar info:
Tanggal 7 Januari 2017 nanti, rencananya kami akan mengisi workshop puisi untuk anak-anak SD dan SMP di International Rain Festival #3. Untuk sementara kawan-kawan yang mengisi acara tersebut adalah: Seruni Unie, dan kawan-kawan dari Diskusi Kecil: Bunga Hening, Rizka Muallifa, Thea Arnaiz Lee, Liswindio Apendicaesar, dan Haris Fajar.

Info lebih lanjut akan kami kabarkan.

Buat kawan-kawan yang datang, selamat bertemu di sana... :)

Sunday 25 December 2016

Video Tak Penting dan Tak Usah Diklik - Mannequin Challenge atau Tantangan Manekin Pawon


Sekadar iseng saja selepas hadir di acara pernikahan Brita & Niko. Masih ada beberapa yang gerak-gerak. Harap maklum. Gak ada konsep, hanya kamera handphone punya mbak Sanie, dan minta tolong Sonski yang merekamnya... yuuuk...

Sekadar video kenangan buat kami senyum-senyum... :)

Kegiatan Membaca: Menghidupkan Karya Sastra Lama lewat Penulisan Ulang, oleh Ayu Prawitasari (Laporan Khusus Solopos, 19 Desember 2016)




-Siswa kesulitan membaca novel klasik lantaran tak familiar dengan bahasanya.

-Perlu upaya kreatif agar karya sastra klasik tetap hidup di kalangan generasi muda.

SOLO—Penulis sekaligus koordinator komunitas sastra Pawon, Yudhi Herwibowo, menilai pemerintah perlu membuat gerakan menulis ulang karya sastra lama agar lebih dikenal para pemuda.
Karya sastra lama berupa novel tebal dengan bahasa Melayu yang tidak lagi digunakan dalam percakapan sehari-hari menyulitkan para siswa memahami apalagi menyukai karya sastra lama. Program menyederhanakan karya sastra lama melalui penulisan ulang sudah diterapkan di negara-negara maju sehingga karya sastra klasik tetap hidup di kalangan generasi muda.
“Coba lihat bagaimana anak-anak tetap membaca Tom Sawyer yang diterbitkan 1800-an lalu dengan senang hati. Begitu pula dengan novel Robinson Crusoe atau Moby Dick. Mereka tentu saja tidak membaca novel versi lengkapnya, namun versi yang lebih sederhana. Novel-novel di sana kan dibedakan dari level dasar, menengah, sampai yang benar-benar novel. Hebatnya lagi, anak-anak Indonesia juga mengenal karya sastra klasik Inggris dan Amerika itu dalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Sebaliknya mereka justru kurang mengenal novel klasik milik negaranya sendiri. Ini harus dibenahi,” ujar dia saat ditemui Espos di ruang kerjanya, akhir pekan lalu.
Yudhi membandingkan novel-novel lama di Indonesia seperti Siti Nurbaya, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, atau pun Siti Nurbaya. Walaupun beberapa novel klasik tersebut difilmkan, menurut Yudhi, upaya tersebut belumlah cukup. Film kurang mampu merangsang imajinasi anak-anak seperti halnya novel.
”Menurut saya penyederhanaan novel klasik penting untuk generasi muda saat ini. Zaman terus berkembang, lucu kalau kita hanya diam menyaksikan novel lama mengisi perpustakaan dengan apa adanya. Novel klasik adalah bagian dari sejarah. Perlu upaya kreatif untuk membuat para remaja tetap mencintai mereka,” kata dia.
Guru bahasa Indonesia di SMP Kalam Kudus Solo, Maria Retno Adhitya Sari, mengatakan para siswa sebenarnya suka dengan novel klasik. Dia pernah membahas novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck  dalam kelas bahasa dan mendapat respons bagus dari para siswa.
“Para siswa dengan antusias membandingkan persoalan adat di Minangkabau yang diceritakan dalam novel dengan adat yang berlaku di lingkungan mereka sendiri. Macam-macam komentarnya sehingga kelas menjadi sangat hidup,” jelas dia.
Meski menyukai novel klasik, menurut Maria, para siswa kesulitan saat membacanya. Selain novel terlalu tebal, bahasa Melayu yang digunakan Hamka tak familiar di telinga siswa. Untuk mengatasinya para siswa membentuk sejumlah kelompok dan membagi tugas membaca berdasarkan bab cerita. “Dengan cara berbagi akhirnya mereka bisa memahami novel. Ya memang tidak semua bagian novel dibaca karena ada bagiannya sendiri-sendiri. Saat bekerja kelompok mereka saling menceritakan bab yang telah dibaca,” ujar Maria.
Maria menilai ide menyederhanakan novel klasik menarik. Penyesuaian bahasa juga perlu dilakukan supaya murid tak kesulitan. “Menurut saya ide [menyederhanakan novel] itu bagus. Tema-tema cerita lama yang intinya tentang percintaan tetap menarik bagi generasi sekarang meski zamannya berbeda. Akan lebih baik memang ada novel klasik versi sederhana sehingga para siswa mudah memahami sesuai usia mereka,” kata Maria.



Pengajaran Sastra: Saatnya Guru Juga Belajar, oleh Ayu Prawitasari (Laporan Khusus Solopos, 19 Desember 2016)



Apa jadinya saat pelajaran membuat resensi novel, guru tidak tahu novel apa yang dibaca para siswa? Padahal gurunya sudah berusaha mencari novel itu di mana-mana. Berdasarkan pengalaman itu, menurut saya, guru memang harus selalu belajar tentang hal-hal terbaru. Sekali saja tak update, akan ketinggalan, kata guru bahasa Indonesia SMAN 4 Solo yang juga Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMA Solo, Widodo Eko Rusmanto, saat dijumpai Espos di sekolah tersebut, Rabu (14/12).
Era gadget memungkinkan siswa tidak hanya membaca buku dalam bentuk cetak, namun juga dalam bentuk elektronik (e-book). Aplikasi Wattpad yang bisa diunduh lewat Playstore memungkinkan para remaja membaca novel utuh secara gratis. Tak hanya membaca novel baru dan klasik macam Pride and Prejudice secara cuma-cuma, para pengguna juga bisa mengunduh hasil karya mereka untuk dibaca banyak orang.
Saya ingat saat seorang siswa membuat resensi novel Meme Dibaca Mim karya Anindita Adhiwijayanti. Saya cari di mana-mana tidak ketemu. Isinya soal meme-meme yang ramai di media sosial sekarang sekaligus tentang persahabatan. Ternyata bukunya baru diterbitkan dan para siswa sebelumnya membaca lewat ponsel. Guru ternyata harus belajar hal-hal seperti itu. Intinya kalau tidak update memang kerepotan, ujar dia.
Meski dalam pelajaran bahasa Indonesia sastra lama tetap harus diajarkan, namun menurut Widodo, para siswa tentu lebih suka dengan novel yang menceritakan tentang dunia mereka. Pelajaran moral dan nilai-nilai lebih mudah masuk lewat novel modern yang isinya sesuai dunia remaja.
Intinya belajar sastra itu kan memahami orang lain. Tidak boleh memaksakan kehendak sendiri. Pasti lebih enak membaca karya sastra baru yang sesuai dengan dunia anak-anak, kata dia.
Sebaliknya, menurut Widodo, para orang tua juga bisa memahami putra-putri mereka melalui novel atau cerita pendek remaja. Mereka akan tahu bagaimana dunia remaja saat ini yang sungguh berbeda dibanding generasi lama.
Dalam novel Meme Dibaca Mim itu, misalnya, saya akhirnya bisa menerima bahwa jam belajar zaman saya dulu kadang tak bisa diterapkan pada anak sekarang. Dengan banyaknya kegiatan, siswa sekarang akan memanfaatkan waktu luang untuk belajar. Tak perlu diberi jadwal dan jam-jam tertentu karena mereka bisa memanajemen waktu dan  tahu manfaat belajar. Belajar kata anak-anak zaman sekarang bukan seperti orang menonton film di bioskop yang ada jamnya, jelas dia sambil tertawa.
Seorang siswa Kelas XI IPA 5 SMAN 4 Solo, Alma Fitria Milania, mengatakan membaca dengan aplikasi Wattpad praktis dan tidak merepotkan. Hanya dengan bawa ponsel kita bisa baca di mana-mana. Enggak ribet seperti kalau bawa buku. Saya baca buku apa saja lewat Wattpad, yang bahasa Indonesia maupun yang bahasa Inggris. Kalau kata orang-orang membaca lewat ponsel bikin mata capek, bagi saya tidak. Kalau ceritanya menarik, sudah lupa apa-apanya, jelas anggota ekstrakurikuler majalah dinding (mading) yang karyanya berupa mading tiga dimensi menjadi juara II tingkat Provinsi Jateng belum lama ini.