Karya Kreatif: Dunia Remaja dalam Sepotong Cerita, oleh Ayu Prawitasari (Laporan Khusus Solopos, 19 Desember 2016)



Ada tujuh-delapan siswa di aula SMP Kalam Kudus Solo. Tiga di antaranya duduk di kursi sementara lainnya berdiri. Seorang siswa duduk memainkan sebuah gitar sementara dua lainnya menunggu di dekat meja. Rekaman video tersebut menggambarkan kegiatan musikalisasi puisi Kelas IX yang diampu guru bahasa Indonesia, Maria Retno Adhitya Sari.
Salah satu adegan dalam rekaman tersebut menceritakan seorang siswa yang menaruh uang di meja mendapat pelayanan cepat sementara mereka yang tak memasukkan uang tak segera mendapat layanan. Sembari menaruh uang, seorang siswi menyanyikan lirik-lirik puisi bertema korupsi. Begini salah satunya, Hukuman bagi pencuri di Timur Tengah adalah potong tangannya, di China potong lehernya, di Indonesia? Potong saja masa tahanannya...
Sindiran keras tentang penegakan hukum bagi koruptor, kata Maria, sama sekali tak ia bayangkan keluar dari pemikiran para siswa SMP. Saat diskusi sastra berlangsung barulah Maria sadar berita tentang korupsi di media daring, cetak, sampai televisi menarik perhatian siswa. Merajarelanya koruptor di negeri ini sampai penegakan hukum yang tak jelas ternyata mengganggu pikiran para remaja. Hati dan pikiran mereka memberontak. Hasilnya ya puisi-puisi soal korupsi. Banyak dari mereka yang memakai tema itu saat penugasan, ujar dia saat dijumpai Espos, Kamis (15/12).
Berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang masih digunakan siswa Kelas IX, persentase pengajaran bahasa dan sastra adalah 60%: 40%. Dengan persentase yang tak begitu besar itu, Maria benar-benar mengoptimalkan kompetensi membaca, memahami, dan memproduksi.
Salah satu hasil pengajaran sastra adalah diterbitkannya buku antologi puisi bersama terbaik para siswa dalam sebuah buku berjudul Ilmu. Buku yang diterbitkan Agustus lalu oleh Kekata Grup ini memuat seratusan puisi terbaik dari 500-an puisi yang terkumpul. Penerbitan buku dibarengkan Hari Kemerdekaan. Jadi temanya soal kecintaan pada negara. Yang menulis puisi di buku ini siswa Kelas VII sampai Kelas IX, kata guru bahasa Indonesia lainnya, Indri Kusuma Wardani.
Bukan hanya buku puisi, lanjut Indri, siswa juga membuat majalah yang terbit setiap semester. Isi majalah beragam, mulai dari puisi, artikel, cerita pendek, dan lainnya. Proses kreatif tersebut membuat siswa sangat bersemangat mempelajari sastra di luar kelas melalui belajar bersama maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam setiap pelajaran membaca, musikalisasi puisi, sampai drama, siswa selalu bersemangat. Saat tes drama, misalnya, semua diupayakan secara optimal mulai dari dekorasi panggung sampai kostum. Siswa dengan biaya sendiri yang tentunya di-support orang tua membuat replika gunung dan danau dari styrofoam. Mereka juga sampai menyewa kostum agar dramanya bagus, sambung Maria lagi. Membuat skenario, memainkan peran, dan menjadi sutradara menjadi hal yang mengasyikkan bagi para siswa.
Bagi para pemain drama terbaik, lanjut Maria, akan dipilih memainkan drama akbar yang dipentaskan saat perpisahaan. Dalam drama akbar tersebut, sekolah mengundang tokoh-tokoh sastrawan macam Sosiawan Leak dan para pengajar ISI untuk membantu para siswa menyajikan drama yang bagus untuk para orang tua siswa, yayasan, dan seluruh siswa.
Menariknya proses kreatif juga disampaikan siswa Kelas XI SMAN 4 Solo, Risya Kartika A. Siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler majalah dinding (mading) ini mengatakan keasyikan pelajaran bahasa Indonesia terletak pada bagian membaca fiksi dan proses membuatnya.
Salah satu tugas yang paling ia ingat adalah pelajaran membuat cerita pendek. Melalui praktik itu ia bisa mengekspresikan dunia dan pikirannya. Remaja mengalami banyak hal, bukan melulu cinta. Saat membuat cerpen, saya mengekspresikan konflik pribadi remaja soal kejujuran. Cerpen saya tentang seluruh siswa dalam suatu kelas yang saling mencontek saat ulangan sehingga mendapat nilai bagus. Namun, ada satu yang tidak mencontek dan dia sebenarnya murid pintar. Akibatnya nilai si pintar itu jelek. Materinya dari pengalaman sendiri. Intinya saya ingin bilang melalui cerita itu bahwa lebih bangga menjadi orang jujur dengan segala konsekuensinya ketimbang jadi pembohong, kata dia.
Risya berharap fasilitas dan ruang untuk memproduksi karya sastra ke depan lebih banyak. Aplikasi Wattpad memungkinkan kita mengunggah karya-karya kita sendiri. Mading di sekolah juga demikian. Harapan saya lebih banyak lagi yang seperti itu. Lomba-lomba seperti membuat resensi atau lomba membuat cerpen juga bagus untuk menarik minat siswa menulis kreatif, kata dia. 

Tags:

Share:

0 komentar