Puisi-puisi Heri Maja Kelana

RAHASIA TANJUNG BATU

satu musim berlalu
pantun berganti lagu
lagu berganti batu
seperti phinisi tenggelam di tanjung batu

batu-batu berbanjar menyudut ke laut
ombak berlomba-lomba mencium pantai
berbagai warna muncul
dari pasir
laut
langit
menghiasi panorama senja

kusimpan kenangan di gelas arak kelapa
keringat-keringat bercucuran di atas pasir
anak-anak mendorong sampan ke sana ke mari
baginya kemenangan adalah bebas untuk bermain

angin menerbangkan pantun-pantun
waktu kembali bertabuh
aku berlari mengingat luka bakau di hutan sunyi

di atas pasir kalimat kutulis dengan jari ketam
mimpiku takkan tenggelam
gubuk-gubuk menyimpan sepi sendiri
burung-burung menyimpan kicau sendiri

di sini sepoi angin mengajariku bertahan diri
kesabaran laut
katabahan pulau
menepi dalam jiwa

bangkitlah rahasia tanjung
batu-batu bisu rindu padamu
lalu kutuliskan sajak cinta untukmu
secinta aku pada pulau ini

di tanjung sanjung lagu perahu
:tulus
seperti ketulusanku pada pulau ini

2007


SUBUH

doa mengurai dalam dzikir
tubuh tak sempat menyentuhmu
aku biarkan kaki berjalan
setelah sujud menghadapmu

fajar terbelah gunung
menyisakan kabut gerimis
pada tanah-tanahku

hening samar pada usia
saat kencana mengurai wangi melati
:kau terlahir

doa mengurai dalam dzikir
simbol-simbol kearifan
melekat di wajahmu
aku kembali tenteram
dan bersujud lagi
seperti layaknya subuh
bersujud kepadamu

2007


GUGUSAN SUNYI LILIN

lalu lilin menyala
tak ada mawar di vas bunga
semua kering
semua hening
seperti purnama kupandang
dari balik jendela

kembali aku menemukan waktu
syair doa mengalun dalam gugusan sunyi
debu kembali kedebu
jarak meningglkan jejak

aku datang tanpa sesaji
pulang tanpa kemenyan
tubuhku milik waktu
tubuhku milikmu
saat keranda tiba
lilin pun padam

2007


SETIABUDHI KETIKA ITU
teringat shiho sawai

di setiabudhi
malam menggila
kabut utara menuruni bukit
menggeraikan rambut

di setiabudhi
jam kita adalah kebebasan
seperti kau yang terbang
sepi luput dari keterasingan
pohon menggugurkan daun
saat bercerita taishogoto

di setiabudhi
segelas lemon tea
ikut dalam percakapan
aku mabuk benar
aku cemburu pada gelas
:mengecup bibirmu

di ujung malam
kusimpan aksara
saat perpisahan tiba
akan kutemukan makna
dari negeriku
wahai pengelana

di setiabudhi
telah kusimpan sebait haiku

bandung, 2007


KATA TELAH SELESAI
:tsb

9 oktober
pagi menyajikan kembang
catatan mengalir dari air mata
bendera kertas terikat keras pada pagar
lalu kota mengistirahkan jejak kelana
pada trotoar sebuah nama tercoret dari zamannya
almanak tergantung di dindng sisa belanda
tak henti-henti aku menghitung kemenanganmu
kota berhenti berpuisi
padahal luka dan darah telah reda
aku kehilangan satu bait dalam kehidupan
kata telah usai kau tuntaskan

Tags:

Share:

1 komentar