NOSFERATU, FILM DRAKULA ERA PERANG DUNIA, Layar Kata Vista Sandy
Sutradara F. W. Murnau | Produser Enrico Dieckmann dan Albin Grau | Penulis Naskah Henrik Galeen | Komposisi Musik Hans Erdmann | Produksi Prana Film | Tanggal Rilis 04 Maret 1922 | Durasi 94 menit | Rotten Tomatoes 97%
Nosferatu adalah
salah satu film horor musikal yang diproduksi pada tahun 1921 dan dirilis tahun
1922. Film ini adalah karya seorang sutradara berkebangsaan Jerman bernama Friedrich Wilhelm Murnau atau lebih
dikenal dengan F.W. Murnau. Alur
cerita film Nosferatu diadaptasi dari novel karya Bram Stoker yang berjudul Dracula (1897) dengan mengubah latar
tempat serta nama-nama karakternya namun dengan esensi
cerita yang sama; seperti latar
negara Inggris digantikan dengan sebuah kota fiksi
bernama Wisborg di Jerman, dan karakter Count
Dracula of Transylvania berganti nama menjadi Count Orlok of Transylvania. Demikian
pula dengan tokoh protagonis yang berganti nama dari Jonathan Harker menjadi Thomas Hutter.
Selama
kurang lebih 94 menit,
Nosferatu menyajikan scene bisu
dengan latar alunan simfoni misteri. Bagi penikmat film-film era generasi
milenial, Nosferatu mungkin terdengar sangat asing dan tidak populer bahkan
bukan menjadi alternatif film favorit karena bisa jadi sangat membosankan jika
harus menghabiskan 94 menit
menonton film bisu hitam-putih. Namun, bagi para penggemar sinema-sinema klasik
yang diproduksi sebelum era milenial akan sangat menikmati dan takjub menonton adegan bisu dalam film Nosferatu.
Nosferatu
sendiri dibintangi oleh para aktor dan aktris Jerman dan Hungaria yang cukup
tenar dalam profesi
mereka di zamannya;
di antaranya adalah Max Schreck sebagai Count Orlok of Transylvania (Dracula),
Gustav von Wangenheim sebagai Thomas Hutter, Greta Schröder sebagai Ellen
(istri Thomas Hutter), dan Alexander Granach sebagai Knock. Para aktor dan
aktris tersebut terlihat sangat piawai dalam memainkan perannya dengan gestur, ekspresi wajah,
dan lirikan mata
sehingga sensasi yang dirasakan ketika melihat mereka
berakting adalah seperti sedang menonton pertunjukan opera di layar kaca.
Nosferatu
pada dasarnya adalah film tentang drakula/vampir yang masih sangat
orthodox-patriarkis yang tercermin dari penampilan Count Orlok sebagai drakula laki-laki dengan setelan kostum jubah
pastur, kuku yang panjang dan tajam, telinga yang runcing seperti kelelawar,
berbadan kurus, berwajah tirus, dan tidur di dalam peti mati di sebuah kastil
atau sejenis rumah megah (mansion)
tak berpenghuni. Hal ini tampak berbeda dari film-film drakula/vampir selepas
Perang Dunia (Post World War) dan
masa kini yang karakter penghisap darahnya (blood
sucker) sudah banyak berevolusi, mulai dari atribut kostum dan make up yang tidak lagi didominasi oleh
nuansa gothic hingga munculnya era
drakula/vampir versi Twilight yang
beberapa karakternya adalah perempuan, anti-antagonis, dan berpenampilan lebih
manusiawi dengan mengenakan atribut
dan pakaian selayaknya manusia biasa yang hidup berdampingan
walaupun tetap menghisap darah.
Secara
singkat, film Nosferatu menceritakan tentang kehidupan sepasang suami istri
yang hidup bersama dengan penuh gairah dan cinta di sebuah kota bernama
Wisborg. Pada suatu waktu, sang suami (Thomas Hutter) yang bekerja sebagai
seorang pegawai di sebuah kantor jasa properti di pusat kota mendapat perintah
dari atasannya (Tuan Knock) untuk menangani permintaan salah seorang klien yang
berencana ingin membeli sebuah mansion di kota Wisborg. Klien tersebut bernama Count Orlok yang mendiami sebuah kastil di bukit terpencil yang terletak cukup
jauh dari pusat kota. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain bagi Tuan Knock
untuk meminta Thomas Hutter menempuh perjalanan panjang selama hampir satu hari
penuh untuk menemui Count Orlok dan
menyeleseikan transaksi pembelian mansion yang dimaksud.
Di tengah
perjalanannya menuju kastil Count Orlok,
Thomas Hutter sempat bermalam di sebuah penginapan. Di penginapan itu, dia
tidak sengaja membaca sebuah buku saku yang pada bagian sampulnya bertuliskan Of Vampire, Monstrous Ghost, Sorcery, and
the Seven Deadly Sins (Tentang Vampir, Setan-Setan Jahat, Sihir, dan Tujuh
Dosa Besar). Dia membaca halaman yang berisi catatan tentang Nosferatu yang diceritakan sebagai sosok
vampir yang lahir dari benih Belial
(sebutan untuk Setan pada Al-Kitab). Dia hidup dan makan dari darah manusia
serta tinggal di tempat-tempat yang seram seperti gua, pemakaman, dan peti mati
yang berisikan penyakit dan kutukan dari suatu lahan kematian yang disebut “The Black Death”. Membaca catatan tersebut, Hutter merasa
tidak begitu merisaukannya atau bahkan menghiraukannya. Dengan ekspresi tidak
peduli, dia melempar buku saku tersebut di kasur dan bersiap
tidur. Dari ketidakacuhannya tersebut
muncullah asal mula teror vampir, mimpi buruk, dan keresahan yang melanda warga
kota Wisborg.
Pertemuan
Hutter dengan Count Orlok adalah
bagian dari intrik yang melatarbelakangi klimaks alur cerita film Nosferatu.
Berawal dari perkenalan, jamuan makan malam, pembahasan kontrak pembelian
mansion hingga pada saat tanpa sengaja Count
Orlok melihat foto Ellen, istri Hutter yang terpasang pada liontinnya. Hutter
merasa begitu aneh dan merinding saat tatapan Count Orlok tertuju pada foto Ellen dan berkata bahwa Ellen
memiliki leher yang bagus. Seketika Hutter teringat dengan catatan pada buku
saku yang sempat ia baca di penginapan dan mulai merefleksikan kata-kata dalam
catatan tersebut dengan sosok Count
Orlok.
Konflik
dari alur cerita film Nosferatu mulai terjadi
ketika teror melanda warga kota Wisborg selama beberapa
hari menyambut kedatangan kapal yang membawa peti mati Count Orlok. Sebuah wabah penyakit menular terjadi
sehingga menyebabkan banyak kematian warga kota
Wisborg dalam sekejap. Penyakit ini dibawa oleh tikus-tikus yang keluar dari
sebuah peti yang mendarat di dermaga yang tidak sengaja ditemukan oleh beberapa
pekerja pelabuhan. Asal peti tersebut tidak secara jelas diceritakan dalam film
sehingga dugaan yang muncul adalah berasal dari kastil Count Orlok. Karena tidak hati-hati saat membukanya, salah satu
pekerja pelabuhan terkena gigitan tikus-tikus itu dan dari gigitan itulah wabah
menyebar dan menular. Adegan ini sesungguhnya merupakan simbolisasi Black Death yang terjadi di Eropa pada
abad pertengahan (1346-1353) akibat pandemi penyakit pes, yaitu penyakit
menular yang disebabkan oleh patogen bakteri basil Yersinia pestis, ditularkan oleh kutu-kutu tikus (Xenopsylla cheopsis) kepada manusia
(diperkirakan 30-60% penduduk Eropa tewas akibat penyakit tersebut) — persis
dengan istilah yang tertulis di buku saku yang ditemukan oleh Hutter di
penginapan.
Sementara
itu, Ellen kerap jatuh sakit dan mengalami mimpi buruk tentang Hutter. Seperti
mendapat suatu firasat buruk tentang keberadaan Hutter selama masa
penantiannya. Rasa rindu, kesedihan, dan firasat buruk yang bercampur aduk
karena kepergian Hutter membuat Ellen seperti manusia setengah sadar yang
sering melamun dan berjalan dalam tidur.
Kehadiran Count Orlok di kota Wisborg menjadi
klimaks dari segala mimpi buruk yang menghantui malam-malam Ellen sekaligus
anti klimaks dari keresahan warga Wisborg terhadap wabah the Black Death. Resolusi
dalam alur cerita film Nosferatu terjadi sangat singkat dan tidak ada
visualisasi adegan epilog seperti ekspektasi visual milenial
pada umumnya: pertarungan antara Count Orlok dan
Thomas Hutter. Berakhirnya riwayat Count
Orlok dan wabah pes di Wisborg secara sekejap disebabkan oleh fenomena alam,
yaitu terbitnya matahari dari ufuk timur.
Selain
cerita yang menarik, film Nosferatu juga bisa memanjakan telinga para penikmat
musik klasik karena sepanjang film penonton disuguhkan dengan musik-musik
orkestra khas tahun 1920-an. Seperti film bisu pada umumnya, Nosferatu pada
awalnya ditayangkan dengan pertunjukan orkestra secara live. Hal serupa bisa kita temukan pada film bisu karya Garin
Nugroho berjudul “Setan Jawa” yang sejak beberapa bulan lalu melakukan road show di berbagai kota di Indonesia
dan juga di berbagai negara seperti Singapura dan Jerman; penayangan Setan Jawa
diiringi pertunjukkan musik gamelan secara live
sebagai ilustrasi emosi dalam adegan. Sayangnya, partitur musik asli yang
dikomposisi oleh Hans Erdmann untuk
Nosferatu sebagian besar hilang, sehingga sepanjang sejarah penayangan
Nosferatu sebagian besar musisi menuliskan atau mengimprovisasi sendiri musik
yang mereka gunakan untuk mengiringi film Nosferatu.
Vista Sandy
adalah penggemar berat film-film yang diadaptasi dari
cerita novel-novel klasik dan populer karya Charlotte Bronte, Jane Austen, Virginia
Woolf, J.R.R. Tolkien, Margaret Atwood, Stephen King, dan J.K. Rowling.
Keseharian penulis disibukkan dengan rutinitas pekerjaan sebagai seorang Head of Education dan dosen tetap Bahasa
Inggris di salah satu institusi pendidikan profesi di kota tempat ia tinggal
sekarang. Di luar jam kerja, penulis lebih suka menghabiskan waktu untuk
membaca situs majalah fashion sambil
minum kopi dan mengamati isu-isu yang sedang gencar diperbincangkan di portal
media daring khususnya yang berkaitan dengan masalah gender dan perempuan.
Sedangkan waktu untuk menonton film lebih sering penulis jadwalkan di akhir
pekan. Penulis juga merupakan co-founder dari Solo Debating
Union (SDU)
Tags:
Film
0 komentar