Paper Pertemuan Pembaca Enid Blyton Rabu, 4 Oktober 2017, oleh Yessita Dewi

   Menyebut nama Enid Blyton, bagi anak-anak yang “ lampau” adalah sesuatu yang berbau petualangan dan keseruan menghabiskan masa liburan. Bagiku, Enid Blyton adalah nama yang melekat dan menjadi jaminan bahwa aku akan mengejar buku itu untuk di baca. Setiap persewaan buku dan perpustakaan umum yang pertama dicari adalah buku dengan ‘marking’ Enid Blyton yang khas itu. Ketika itu tak peduli seperti apa isi ceritanya, pasti seru. Buku-buku Enid Blyton adalah buku cerita yang tebal bagi ukuran anak SD. Selain komik dua warna yang legendaris dan herge bareng TinTin tentu saja.

Biografi ENID – berupa Film dan Buku

( Enid Blyton ketika muda )

Ada beberapa buku biografi Enid Blyton yang sepertinya tidak diterjemahkan di Indonesia, ada Story Of My Life yang ditulis sendiri olehnya diterbitkan oleh Pitkins tahun 1952, The Biografi Enid Blyton, ditulis oleh Barbara Stoney tahun 1992, The Blyton Phenomenon oleh Sheila G Ray tahun 1982, The Enid Blyton Story oleh Bob Mullan tahun 1987 serta Enid Blyton oleh George Greenfield tahun 1998.
Film ‘Enid” diproduksi tahun 2009 dan ditayangkan di BBC 4. Yang berperan sebagai Enid, Helena Bohnam Carter, Matthew Mcfadden sebagai Hugh Pollock. Film ini masuk nominasi penghargaan di BAFTA 2010 untuk aktris terbaik, Helena Bonham Carter yang memang seniman peran berkarakter. Helena akhirnya mendapat Emmy Award untuk perannya sebagai aktris terbaik. Masuk ajang Emmy, karena memang film Enid ini masuk kategori Movie Television yang diproduksi oleh BBC. Dan sosok Enid Blyton adalah penulis perempuan Inggris yang sangat dihargai setelah Jane Austen. Dari film ini ada juga yang mengritisi bahwa sangat disayangkan helena tidak mempelajari dialek atau cara berbicara Enid Blyton secara mendalam.
Enid Blyton lahir pada tanggal 11 Agustus 1897 di Lordship Lane 354, London, Inggris. Dia adalah putri pertama dari Thomas Carey Blyton (1870–1920) dan istrinya Theresa Mary Harrison Blyton (1874–1950). Blyton memiliki dua adik laki-laki, yaitu Hanly (1899–1983) dan Carey (1902–1976). Di film “Enid”, diceritakan bahwa suatu hari ayah Blyton meninggalkan rumah setelah bertengkar dengan ibunya. Kejadian ini membuat Blyton tidak pernah memaafkan ibunya karena Blyton adalah anak kesayangan sang ayah. Saat beranjak dewasa, Blyton meninggalkan rumah untuk bersekolah menjadi guru dan sejak itu pula dia tidak pernah lagi pulang. Pada semua orang Blyton mengaku bahwa ibunya sudah meninggal. Dia juga tidak pernah mengakui lagi adik-adiknya. Blyton selalu mendeskripsikan ayahnya sebagai pria yang sempurna, walaupun menurut Hanly—adik Blyton—penyebab ayahnya bertengkar dengan sang ibu dan pergi meninggalkan mereka adalah karena dia berselingkuh dengan wanita lain.
Perjuangan menulis Blyton dimulai saat dia mulai memasukkan tulisan-tulisannya ke sejumlah penerbit. Akhirnya sebuah penerbit menerima karya Blyton. Dan di sini pulalah dia bertemu dengan suami pertamanya, Mayor Hugh Pollock, seorang verteran perang. Tak lama kemudian Blyton dan Pollock pun menikah. Blyton memiliki masalah dengan rahimnya yang membuat dia mengalami kesulitan untuk mengandung. Namun akhirnya Blyton berhasil melahirkan dua orang putri, yaitu Gillian Mary Baverstock (15 Juli 1931 – 24 Juni 2007) dan Imogen Mary Smallwood (lahir tanggal 27 Oktober 1935). Pernikahan pertama Blyton dengan Pollock diwarnai dengan sejumlah perselingkuhan Blyton.
Blyton yang selalu ramah dan hangat pada anak-anak fans buku-bukunya—yang dia sebut sebagai “teman-teman kecilnya”—tidak pernah hangat pada putri-putrinya sendiri. Blyton bersikap keras pada Gillian dan Imogen, bahkan sejak mereka masih bayi. Berlawanan sekali dengan sikap yang dia tunjukkan pada anak-anak yang menjadi fansnya. Suatu sore Blyton mengundang sejumlah anak ke rumahnya untuk minum teh. Mereka bersenang-senang dan tertawa-tawa, sementara Gillian dan Imogen duduk diam di tangga. Blyton malah menyuruh pengasuh untuk “menyingkirkan” mereka berdua ke kamarnya di lantai atas. Blyton tak pernah ada waktu untuk kedua putrinya. Sepanjang hari dia mengetik dan mengetik cerita indah untuk anak-anak lain. Gillian pun dia kirim ke sekolah asrama.
Saat perang pecah kembali, Mayor Pollock pergi ke medan perang. Blyton sama sekali tidak bersimpati pada peristiwa yang terjadi di luar sana maupun pada pilihan suaminya untuk membela negara. Blyton tetap hidup di dalam dunia fantasinya, melanjutkan menulis di rumah besarnya yang nyaman dan berselingkuh dengan para lelaki. Setiap kali dia menghadapi peristiwa mengecewakan dalam hidup, dia akan melarikan diri ke dalam dunia fantasinya yang selalu indah. Blyton mengubur diri di sana.
Satu perselingkuhan yang memicu perceraian Blyton adalah dengan seorang dokter gigi yang sudah beristri, Kenneth Darrell Waters. Perselingkuhan ini cukup serius hingga membuat Blyton meminta cerai dari Pollock. Blyton memperalat Pollock dan mengajukan tawaran bahwa Pollock akan diperbolehkan untuk bertemu dengan kedua putrinya kapanpun dia mau, tapi dengan sarat perceraian itu didasari alasan bahwa Pollocklah yang melakukan perselingkuhan, bukan dia. Blyton berdalih, jika publik mengetahui dialah yang berselingkuh, maka reputasi dia pasti akan hancur lebur. Dengan iming-iming akses yang tak terbatas untuk bertemu dengan kedua putrinya, Pollock pun setuju. Namun setelah bercerai, Blyton mengingkari janji dan malah menutup akses Pollock pada kedua putrinya sama sekali. Setelah menikah dengan Waters, Blyton pun mengirim putri keduanya ke sekolah asrama. Enid Blyton meninggal di rumah perawatan London karena serangan jantung, dan ia sempat di rawat di rumahnya selama 3 bulan.
Terlepas dari bagaimanapun kehidupannya dulu, cerita-cerita yang Blyton tulis memang luar biasa. Menyenangkan, seru, dan penuh pesan moral. Terlepas dari bagaimanapun karakter Blyton sesungguhnya, cerita-cerita Blyton memang layak dibaca oleh kita dulu dan oleh anak-anak kita kini.
Dari beberapa kisah karyanya yang saya baca, tokoh perempuan sangat kuat. Perempuan menjadi problem solving, menjadi penengah, sosok yang selalu bijaksana dan berani mengambil keputusan yang tepat. Secara tidak sadar ini menjadi gambaran betapa Enid Blyton memunyai harapan besar pada perempuan khususnya di Inggris. Masa hidupnya, adalah masa di mana posisi perempuan adalah lemah, tidak penting dan hanya pendukung yang tidak memiliki suara. Perempuan yang berani dan memiliki karier adalah justru perempuan yang dianggap ‘tidak baik’ karena meninggalkan keluarganya. Pasca Perang Dunia II, perempuan ada celah untuk berkarir di luar dan itu sebatas sebagai perawat dan guru. Bahkan guru pribadi pun dianggap status tidak istimewa. Maka tidak heran, tokoh perempuan dalam karya Enid Blyton sangat kuat.
Tokoh Ibu, adalah tokoh yang selalu muncul dalam karya Enid Blyton. Ibu dalam tulisannya selalu digambarkan perempuan yang hangat, baik hati, suka menolong dan sayang kepada anak-anak. Lagi-lagi, secara tidak sadar Enid Blyton tetap merasa haus akan kasih sayang ibunya sendiri. Kasih sayang yang sebenarnya bisa ia dapatkan jika tidak ‘keras kepala’ pada prasangkanya. Ia adalah penulis yang menutup diri pada dirinya sendiri. 



KARYA ENID BLYTON
Novel yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia antara lain:
Serial Petualangan
Pasukan Mau Tahu
Lima Sekawan
Sapta Siaga
Si Badung
Malory Towers
Lima Serangkai
St. Clare
Empat Serangkai

Serial yang terkenal di dalam bahasa Inggris:
The Adventure Series (1944-1950)(Serial Petualangan)
The Barney Mystery Series (1949-1959)(Serial Komplotan)
The Circus Series (1938-1952)
The Famous Five (1942-1963) (Lima Sekawan)
The Five Find-Outers (1943-61)(Pasukan Mau Tahu)
The Magic Faraway Tree series (1939-1951)
Mary Mouse (1942-1964)
Malory Towers (1946-1951) (Malory Towers)
The Mistletoe Farm series (1948-1950)
Naughtiest Girl series (1940-1952)
Noddy (1949-63)
The Secret Seven (1949-63) (Sapta Siaga)
St. Clare's series (1941-43)(St. Clare)
Wishing Chair series (1937-2000)
The Secret Series (1949-1959) (Empat Serangkai)

Buku Enid Blyton telah terjual lebih dari 600 juta cetakan.
Lebih dari sejuta cetakan Lima Sekawan terjual setiap tahunnya. Bukunya telah diterjemahkan ke 90 bahasa lebih. Dalam Penghargaan Buku Costa 2008, Enid Blyton ditetapkan sebagai pengarah yang paling dicintai, melampaui Roald Dahl, J.K. Rowling, dan Shakespeare. Ia menulis lebih dari 753 buku selama lebih dari 45 tahun kariernya dengan rata-rata 16 judul buku per tahunnya
    Membaca karyanya, Lima Sekawan adalah yang paling sering terdengar. Tetapi ketika SMP teman-teman perempuan bercerita seru tentang Malory Towers. Penasaran, aku ikut ngantri meminjam. Tidak sabar, aku mencari di perpustakaan umum kompleks. Dapat. Dan ternyata menjadi candu. Bagaimana tokoh Darrel yang sebenarnya tidak begitu tertarik sekolah di asrama, sifat dan sikap biasa saja akhirnya menjadi tahu siapa dia sebenarnya setelah menghadapi sosok Gwendoline yang amat sangat manja dan menyebalkan. Awal persahabatan yang mengharukan dengan Sally Hope sampai di saat ketika Felicity, adiknya sangat ingin sekolah di Malory Towers. Setiap menara punya pemandangan yang menakjubkan. Bisa jadi ini menjadi salah satu inspirasi J.K Rowling dengan asrama-asrama yang ada di Hogwards. Malory Towers ini ada 6 buku serial, dan Darrel sempat menjadi Ketua murid. Setelah 6 sekuel keseruan Darrel dkk, terbit juga 6 buku lanjutan Malory Towers yang mengisahkan Felicity, adik Darrel. 6 buku ini ditulis oleh Pamela Cox.
   Selain Malory Towers, masih ada Si Badung, St.Claire atau di Kembar. Buku2 ini bercerita tentang suasana sekolah dan asrama. Dari sekian buku yang dihasilkan oleh Enid Blyton sebenarnya yang paling melekat bagi anak-anak di Inggris adalah Noddy. Dan ketika anak saya masih TK, film Noddy dengan animasi yang baru ini ditayangkan oleh channel CeBebbies, jaringan dari BBC. Dan sekarang masih diproduksi, Noddy yang baru ini ditulis oleh cucu dari Enid Blyton, Shopie Smallwood.


Untuk Lima Sekawan, Famous Five. Sebuah karya yang benar-benar membuat Enid ‘famous’ di seantero dunia anak-anak karena seri petualangannya. Pernah dibuat film serial yang juga ditayangkan di TVRI ketika itu. Jam tayang pukul 17.00 wib. Tapi sepertinya tidak lama, tidak banyak episode yang dibuat. Untuk di Inggris sendiri sempat di remake Famous Five di tahun 1990. Dan sepertinya tidak diedarkan secara luas kecuali lewat jaringan BBC yang bisa diakses. Bisa jadi karena lebih laris bukunya. Sekitar tahun 70 an, Penerbit dari Prancis, Librairie Hachette, penerbit dan toko buku yang sudah berdiri sejak tahun 1826, membeli karya Enid Blyton dan cerita dikembangkan denga cita rasa Prancis yang kental, oleh Claude Voilier. Ada beberapa judul dengan ilustrasi yang tak kalah menarik dan sangat komik. Mungkin itu juga yang terjadi sekarang, karya Enid kembali dicetak ulang dengan ilustrasi khas milenial, cita rasa manga kental.


( ilustrasi buku Lima Sekawan versi Claude Voilier )
           
Ada satu kisahku yang berkaitan dengan buku-buku petualangan Enid Blyton. Sekitar tahun 2009 an, ketika itu masih sangat aktif dalam kesibukan menulis naskah sinetron serial anak-anak, ada proyek serial anak detektif berjudul De Item. Serial yang ditayangkan di salah satu televisi swasta itu memang sengaja mengupas petualangan dan kisah anak-anak yang menjadi detektif amatir di kampungnya. Dari 10 episode, 5 adalah naskah saya. Kenapa hanya 10 episode? Kalah rating.. hehehehe. Begitulah Industri, konten sebagus dan semenarik apapun ketika itu jika tidak ada yang berbau ‘ajaib’ tidak akan laku. Sangat di sayangkan, karena pesan di serial itu adalah persahabat, kekompakan, kreatifitas anak-anak.. yah meskipun yang pusing tetep penulis naskah karena harus memikirkan membuat atau menciptakan alat, tapi tetap saja seeharusnya bisa menjadi menarik untuk anak-anak. Dan anak-anak milenial sudah tidak percaya dengan hal yang ‘ajaib’.
Dari buku-buku seri petualangan, sapta siaga,lima sekawan serta influence dari Trio Detektif dan Mc Gyver inilah ide saya mengalir membuat kisah petualangan detektif Item. Hm, masih dalam angan-angan saya sampai saat ini, membuat naskah serial petualangan anak-anak lagi dan diminati anak masa kini. 

bersambung di tulisan kedua

Share:

0 komentar