Menyebut nama Enid Blyton, bagi anak-anak yang “ lampau”
adalah sesuatu yang berbau petualangan dan keseruan menghabiskan masa liburan. Bagiku,
Enid Blyton adalah nama yang melekat dan menjadi jaminan bahwa aku akan
mengejar buku itu untuk di baca. Setiap persewaan buku dan perpustakaan umum
yang pertama dicari adalah buku dengan ‘marking’ Enid Blyton yang khas itu.
Ketika itu tak peduli seperti apa isi ceritanya, pasti seru. Buku-buku Enid Blyton
adalah buku cerita yang tebal bagi ukuran anak SD. Selain komik dua warna yang
legendaris dan herge bareng TinTin tentu saja.
Biografi
ENID – berupa Film dan Buku
(
Enid Blyton ketika muda )
Ada beberapa buku biografi
Enid Blyton yang sepertinya tidak diterjemahkan di Indonesia, ada Story Of My Life yang ditulis sendiri
olehnya diterbitkan oleh Pitkins tahun 1952, The Biografi Enid Blyton, ditulis oleh Barbara Stoney tahun 1992, The Blyton Phenomenon oleh Sheila G Ray
tahun 1982, The Enid Blyton Story oleh
Bob Mullan tahun 1987 serta Enid Blyton
oleh George Greenfield tahun 1998.
Film ‘Enid” diproduksi tahun
2009 dan ditayangkan di BBC 4. Yang berperan sebagai Enid, Helena Bohnam
Carter, Matthew Mcfadden sebagai Hugh Pollock. Film ini masuk nominasi
penghargaan di BAFTA 2010 untuk aktris terbaik, Helena Bonham Carter yang
memang seniman peran berkarakter. Helena akhirnya mendapat Emmy Award untuk
perannya sebagai aktris terbaik. Masuk ajang Emmy, karena memang film Enid ini
masuk kategori Movie Television yang diproduksi oleh BBC. Dan sosok Enid Blyton
adalah penulis perempuan Inggris yang sangat dihargai setelah Jane Austen. Dari
film ini ada juga yang mengritisi bahwa sangat disayangkan helena tidak
mempelajari dialek atau cara berbicara Enid Blyton secara mendalam.
Enid Blyton lahir pada
tanggal 11 Agustus 1897 di Lordship Lane 354, London, Inggris. Dia adalah putri
pertama dari Thomas Carey Blyton (1870–1920) dan istrinya Theresa Mary Harrison
Blyton (1874–1950). Blyton memiliki dua adik laki-laki, yaitu Hanly (1899–1983)
dan Carey (1902–1976). Di film “Enid”, diceritakan bahwa suatu hari ayah Blyton
meninggalkan rumah setelah bertengkar dengan ibunya. Kejadian ini membuat
Blyton tidak pernah memaafkan ibunya karena Blyton adalah anak kesayangan sang
ayah. Saat beranjak dewasa, Blyton meninggalkan rumah untuk bersekolah menjadi
guru dan sejak itu pula dia tidak pernah lagi pulang. Pada semua orang Blyton
mengaku bahwa ibunya sudah meninggal. Dia juga tidak pernah mengakui lagi
adik-adiknya. Blyton selalu mendeskripsikan ayahnya sebagai pria yang sempurna,
walaupun menurut Hanly—adik Blyton—penyebab ayahnya bertengkar dengan sang ibu
dan pergi meninggalkan mereka adalah karena dia berselingkuh dengan wanita
lain.
Perjuangan menulis Blyton
dimulai saat dia mulai memasukkan tulisan-tulisannya ke sejumlah penerbit.
Akhirnya sebuah penerbit menerima karya Blyton. Dan di sini pulalah dia bertemu
dengan suami pertamanya, Mayor Hugh Pollock, seorang verteran perang. Tak lama
kemudian Blyton dan Pollock pun menikah. Blyton memiliki masalah dengan
rahimnya yang membuat dia mengalami kesulitan untuk mengandung. Namun akhirnya
Blyton berhasil melahirkan dua orang putri, yaitu Gillian Mary Baverstock (15
Juli 1931 – 24 Juni 2007) dan Imogen Mary Smallwood (lahir tanggal 27 Oktober
1935). Pernikahan pertama Blyton dengan Pollock diwarnai dengan sejumlah
perselingkuhan Blyton.
Blyton yang selalu ramah dan
hangat pada anak-anak fans buku-bukunya—yang dia sebut sebagai “teman-teman
kecilnya”—tidak pernah hangat pada putri-putrinya sendiri. Blyton bersikap
keras pada Gillian dan Imogen, bahkan sejak mereka masih bayi. Berlawanan
sekali dengan sikap yang dia tunjukkan pada anak-anak yang menjadi fansnya.
Suatu sore Blyton mengundang sejumlah anak ke rumahnya untuk minum teh. Mereka
bersenang-senang dan tertawa-tawa, sementara Gillian dan Imogen duduk diam di
tangga. Blyton malah menyuruh pengasuh untuk “menyingkirkan” mereka berdua ke
kamarnya di lantai atas. Blyton tak pernah ada waktu untuk kedua putrinya.
Sepanjang hari dia mengetik dan mengetik cerita indah untuk anak-anak lain.
Gillian pun dia kirim ke sekolah asrama.
Saat perang pecah kembali,
Mayor Pollock pergi ke medan perang. Blyton sama sekali tidak bersimpati pada
peristiwa yang terjadi di luar sana maupun pada pilihan suaminya untuk membela
negara. Blyton tetap hidup di dalam dunia fantasinya, melanjutkan menulis di
rumah besarnya yang nyaman dan berselingkuh dengan para lelaki. Setiap kali dia
menghadapi peristiwa mengecewakan dalam hidup, dia akan melarikan diri ke dalam
dunia fantasinya yang selalu indah. Blyton mengubur diri di sana.
Satu perselingkuhan yang
memicu perceraian Blyton adalah dengan seorang dokter gigi yang sudah beristri,
Kenneth Darrell Waters. Perselingkuhan ini cukup serius hingga membuat Blyton
meminta cerai dari Pollock. Blyton memperalat Pollock dan mengajukan tawaran
bahwa Pollock akan diperbolehkan untuk bertemu dengan kedua putrinya kapanpun
dia mau, tapi dengan sarat perceraian itu didasari alasan bahwa Pollocklah yang
melakukan perselingkuhan, bukan dia. Blyton berdalih, jika publik mengetahui
dialah yang berselingkuh, maka reputasi dia pasti akan hancur lebur. Dengan
iming-iming akses yang tak terbatas untuk bertemu dengan kedua putrinya,
Pollock pun setuju. Namun setelah bercerai, Blyton mengingkari janji dan malah
menutup akses Pollock pada kedua putrinya sama sekali. Setelah menikah dengan
Waters, Blyton pun mengirim putri keduanya ke sekolah asrama. Enid Blyton
meninggal di rumah perawatan London karena serangan jantung, dan ia sempat di
rawat di rumahnya selama 3 bulan.
Terlepas dari bagaimanapun
kehidupannya dulu, cerita-cerita yang Blyton tulis memang luar biasa.
Menyenangkan, seru, dan penuh pesan moral. Terlepas dari bagaimanapun karakter
Blyton sesungguhnya, cerita-cerita Blyton memang layak dibaca oleh kita dulu
dan oleh anak-anak kita kini.
Dari beberapa kisah karyanya
yang saya baca, tokoh perempuan sangat kuat. Perempuan menjadi problem solving,
menjadi penengah, sosok yang selalu bijaksana dan berani mengambil keputusan
yang tepat. Secara tidak sadar ini menjadi gambaran betapa Enid Blyton memunyai
harapan besar pada perempuan khususnya di Inggris. Masa hidupnya, adalah masa
di mana posisi perempuan adalah lemah, tidak penting dan hanya pendukung yang
tidak memiliki suara. Perempuan yang berani dan memiliki karier adalah justru
perempuan yang dianggap ‘tidak baik’ karena meninggalkan keluarganya. Pasca
Perang Dunia II, perempuan ada celah untuk berkarir di luar dan itu sebatas
sebagai perawat dan guru. Bahkan guru pribadi pun dianggap status tidak
istimewa. Maka tidak heran, tokoh perempuan dalam karya Enid Blyton sangat
kuat.
Tokoh Ibu, adalah tokoh yang
selalu muncul dalam karya Enid Blyton. Ibu dalam tulisannya selalu digambarkan
perempuan yang hangat, baik hati, suka menolong dan sayang kepada anak-anak.
Lagi-lagi, secara tidak sadar Enid Blyton tetap merasa haus akan kasih sayang
ibunya sendiri. Kasih sayang yang sebenarnya bisa ia dapatkan jika tidak ‘keras
kepala’ pada prasangkanya. Ia adalah penulis yang menutup diri pada dirinya
sendiri.
KARYA
ENID BLYTON
Novel
yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia antara lain:
Serial
Petualangan
Pasukan
Mau Tahu
Lima
Sekawan
Sapta
Siaga
Si
Badung
Malory
Towers
Lima
Serangkai
St.
Clare
Empat
Serangkai
Serial
yang terkenal di dalam bahasa Inggris:
The
Adventure Series (1944-1950)(Serial Petualangan)
The
Barney Mystery Series (1949-1959)(Serial Komplotan)
The
Circus Series (1938-1952)
The
Famous Five (1942-1963) (Lima Sekawan)
The
Five Find-Outers (1943-61)(Pasukan Mau Tahu)
The
Magic Faraway Tree series (1939-1951)
Mary
Mouse (1942-1964)
Malory
Towers (1946-1951) (Malory Towers)
The
Mistletoe Farm series (1948-1950)
Naughtiest
Girl series (1940-1952)
Noddy
(1949-63)
The
Secret Seven (1949-63) (Sapta Siaga)
St.
Clare's series (1941-43)(St. Clare)
Wishing
Chair series (1937-2000)
The
Secret Series (1949-1959) (Empat Serangkai)
Buku
Enid Blyton telah terjual lebih dari 600 juta cetakan.
Lebih dari sejuta cetakan
Lima Sekawan terjual setiap tahunnya. Bukunya telah diterjemahkan ke 90 bahasa
lebih. Dalam Penghargaan Buku Costa 2008, Enid Blyton ditetapkan sebagai
pengarah yang paling dicintai, melampaui Roald Dahl, J.K. Rowling, dan
Shakespeare. Ia menulis lebih dari 753 buku selama lebih dari 45 tahun
kariernya dengan rata-rata 16 judul buku per tahunnya
Membaca
karyanya, Lima Sekawan adalah yang paling sering terdengar. Tetapi ketika SMP
teman-teman perempuan bercerita seru tentang Malory Towers. Penasaran, aku ikut
ngantri meminjam. Tidak sabar, aku mencari di perpustakaan umum kompleks.
Dapat. Dan ternyata menjadi candu. Bagaimana tokoh Darrel yang sebenarnya tidak
begitu tertarik sekolah di asrama, sifat dan sikap biasa saja akhirnya menjadi
tahu siapa dia sebenarnya setelah menghadapi sosok Gwendoline yang amat sangat
manja dan menyebalkan. Awal persahabatan yang mengharukan dengan Sally Hope
sampai di saat ketika Felicity, adiknya sangat ingin sekolah di Malory Towers.
Setiap menara punya pemandangan yang menakjubkan. Bisa jadi ini menjadi salah
satu inspirasi J.K Rowling dengan asrama-asrama yang ada di Hogwards. Malory
Towers ini ada 6 buku serial, dan Darrel sempat menjadi Ketua murid. Setelah 6
sekuel keseruan Darrel dkk, terbit juga 6 buku lanjutan Malory Towers yang
mengisahkan Felicity, adik Darrel. 6 buku ini ditulis oleh Pamela Cox.
Selain Malory Towers, masih ada Si Badung, St.Claire atau
di Kembar. Buku2 ini bercerita tentang suasana sekolah dan asrama. Dari sekian
buku yang dihasilkan oleh Enid Blyton sebenarnya yang paling melekat bagi
anak-anak di Inggris adalah Noddy. Dan ketika anak saya masih TK, film Noddy
dengan animasi yang baru ini ditayangkan oleh channel CeBebbies, jaringan dari
BBC. Dan sekarang masih diproduksi, Noddy yang baru ini ditulis oleh cucu dari
Enid Blyton, Shopie Smallwood.
Untuk Lima Sekawan, Famous Five. Sebuah karya yang
benar-benar membuat Enid ‘famous’ di seantero dunia anak-anak karena seri petualangannya.
Pernah dibuat film serial yang juga ditayangkan di TVRI ketika itu. Jam tayang
pukul 17.00 wib. Tapi sepertinya tidak lama, tidak banyak episode yang dibuat. Untuk
di Inggris sendiri sempat di remake Famous Five di tahun 1990. Dan sepertinya
tidak diedarkan secara luas kecuali lewat jaringan BBC yang bisa diakses. Bisa
jadi karena lebih laris bukunya. Sekitar tahun 70 an, Penerbit dari Prancis,
Librairie Hachette, penerbit dan toko buku yang sudah berdiri sejak tahun 1826,
membeli karya Enid Blyton dan cerita dikembangkan denga cita rasa Prancis yang
kental, oleh Claude Voilier. Ada beberapa judul dengan ilustrasi yang tak kalah
menarik dan sangat komik. Mungkin itu juga yang terjadi sekarang, karya Enid
kembali dicetak ulang dengan ilustrasi khas milenial, cita rasa manga kental.
( ilustrasi buku Lima
Sekawan versi Claude Voilier )
Ada satu kisahku yang berkaitan dengan buku-buku
petualangan Enid Blyton. Sekitar tahun 2009 an, ketika itu masih sangat aktif
dalam kesibukan menulis naskah sinetron serial anak-anak, ada proyek serial
anak detektif berjudul De Item. Serial yang ditayangkan di salah satu televisi
swasta itu memang sengaja mengupas petualangan dan kisah anak-anak yang menjadi
detektif amatir di kampungnya. Dari 10 episode, 5 adalah naskah saya. Kenapa
hanya 10 episode? Kalah rating.. hehehehe. Begitulah Industri, konten sebagus
dan semenarik apapun ketika itu jika tidak ada yang berbau ‘ajaib’ tidak akan
laku. Sangat di sayangkan, karena pesan di serial itu adalah persahabat,
kekompakan, kreatifitas anak-anak.. yah meskipun yang pusing tetep penulis
naskah karena harus memikirkan membuat atau menciptakan alat, tapi tetap saja
seeharusnya bisa menjadi menarik untuk anak-anak. Dan anak-anak milenial sudah
tidak percaya dengan hal yang ‘ajaib’.
Dari buku-buku seri
petualangan, sapta siaga,lima sekawan serta influence dari Trio Detektif dan Mc
Gyver inilah ide saya mengalir membuat kisah petualangan detektif Item. Hm,
masih dalam angan-angan saya sampai saat ini, membuat naskah serial petualangan
anak-anak lagi dan diminati anak masa kini.
bersambung di tulisan kedua