Audrey Hepburn dalam Roman Holiday, layar kata Nurtika Wigurnasih




“I have every faith in it (friendship among nations),
as I have faith in relations between people.”
—Princess Ann, Roman Holiday


 
Tanggal Rilis: 02 September 1953
Sutradara:William Wyler
Ide Cerita: Dalton Trumbo
Penulis Naskah:  Ian McLelan Hunter dan John Dighton
IMDb: 8.1/10 Rotten Tomatoes: 98%

Aku selalu berpikir kalau semua orang tahu Audrey Hepburn, tapi ternyata tidak. Di Indonesia ternyata namanya kalah pamor dari Marilyn Monroe. Mungkin karena nama Marilyn sering dikaitkan dengan presiden pertama kita, sehingga sering disebut-sebut dalam pelajaran sejarah. Tidak jarang beberapa temanku akan bertanya “itu siapa sih?” ketika melihat foto Audrey dengan tiara pada rambutnya dari poster Breakfast at Tiffany’s dipajang di kafe-kafe  dengan tema Hollywood tahun lima puluhan.
Sudah lama aku tahu nama Audrey Hepburn. Namanya sering disebut-sebut dalam beberapa film dan majalah mode. Apalagi sejak namanya sering disebut dalam serial Gossip Girl. Karakter Blair Waldorf dalam Gossip Girl adalah salah satu pemeran utama yang mempunyai sebuah kebiasaan—lebih tepatnya “kelainan”—(hanya) bermimpi dalam adegan film-film yang diperankan oleh Audrey Hepburn. Sejak aku menjadikan karakter Blair Waldorf sebagai idola, maka panutannya, Audrey Hepburn, pun secara tak langsung turut menjadi orang yang aku cari tahu dan idolakan. 



Baru bulan ini aku mulai berniat untuk menonton semua film yang dibintangi Audrey. Dimulai dari tiga filmnya yang paling terkenal: Roman Holiday, Breakfast at Tiffany’s dan My Fair Lady. Breakfast at Tiffany’s sudah aku saksikan beberapa kali karena filmnya sempat ditayangkan di layar kaca Indonesia. Aku tidak begitu ingat pernah menonton film lainnya. Karena Roman Holiday merupakan film yang dianggap membuat Audrey menjadi terkenal dalam taraf internasional, maka aku memulai menonton film-film Audrey lainnya dari Roman Holiday.
Film ini mempunyai alur kisah yang sederhana, tapi penyajiannya yang unik dan dapat membuat para pencinta film jatuh hati. Ada seorang putri kerajaan bernama Ann (diperankan oleh Audrey Hepburn) yang mengalami depresi ketika sedang melakukan kunjungan ke Roma, Italia. Ia kabur dari kedutaan negaranya dan bertemu seorang jurnalis bernama Joe Bradley (diperankan oleh Gregory Peck) asal Amerika Serikat, lalu mereka menghabiskan 24 jam lebih bersama dan kemudian saling jatuh cinta. Meskipun mereka tidak bisa berakhir bersama, tapi kisah cinta mereka sungguh berkesan dan tak terlupakan.
Sebagai generasi yang sudah terpapar film-film berwarna dengan tempo yang lebih cepat, seujujurnya aku hampir bosan menontonnya. Di awal, tebersit pemikiran, “Andai filmnya berwarna, jadi bisa menikmati kota roma dengan lebih terkesima,” “Coba film ini dibuat ulang, dengan Lily Collins yang memerankan puteri Ann,” dan “Oiya, ada film the royal night out yang mirip.”
Selesai menontonnya aku langsung cari tahu bahwa ternyata film ini disajikan sebagai film hitam putih bukan karena pada masa tersebut belum ada teknologi film berwarna atau sang sutradara bersikap idealis yang ingin membuat film hitam putih, tapi karena memang anggaran untuk pengambilan gambar di Roma sangat minim. Jadi ternyata film ini merupakan film Hollywood pertama yang pembuatannya dilakukan di Roma.

  

Namun, di luar itu semua, film ini sangat bisa dinikmati. Komedi-komedinya sederhana. Berbagai musik khas tahun lima puluhan membuat film ini terasa lebih hangat dan akrab. Performa akting Audrey Hepburn dan Gregory Peck sangat meyakinkan. Pantas saja Audrey berhasil memenangkan penghargaan sebagai aktris terbaik dalam ajang Academy Award karena aktingnya dalam film ini. Film ini juga mendapatkan banyak nominasi dan memenangkan beberapa kategori lain dalam ajang tersebut. Salah satunya adalah kostum terbaik.
Sampai saat ini Audrey masih menjadi ikon mode dunia. Ia dikenal dengan gayanya yang klasik. Tahun lima puluhan juga merupakan era dimana tren fesyennya menjadi favoritku. Aku sangat senang tiga gaya  berbusananya ditiru oleh Blair Waldorf dalam serial Gossip Girl, yang kemudian jadi inspirasi bagi hampir semua perancang busana pada beberapa tahun yang lalu. Dalam Roman Holiday, Audrey hanya memakai beberapa kostum namun sangat presisi dan jelas klasik.
Satu hal lagi yang perlu dibahas, yaitu vespa. Entah kenapa dari kecil aku selalu terobsesi dengan vespa. Salah satu adegan paling berkesan dalam film ini adalah ketika Joe dan Ann keliling Roma dengan mengendarai vespa. Adegan ini juga dijadikan poster filmnya. Nah kabarnya, karena film inilah vespa dikenal dan penjulannya meningkat tersebar ke seluruh dunia. Usai menonton Roman Holiday rasanya ingin sekali jalan-jalan dengan vespa keliling kota (seperti dalam lagu Piknik oleh Naif).
Film hitam putih dengan kisah romansa komedi yang sederhana, diperankan aktris dan aktor bertalenta, berlokasi di kota yang indah dengan penataan dan properti yang pas, maka sempurnalah menyandang gelar sebagai film klasik sepanjang masa.




Nurtika Wigurnasih, lahir 09 April 1991. Tinggal di Bintaro, Jakarta Selatan. Saat ini aktif dalam Komunitas Supernova. Memiliki hobi membaca buku-buku fiksi dan nonfiksi serta menonton film.




Share:

1 komentar