Puisi-puisi Olen Saddha
MATILAH
Tahu apa yang ditenggelamkan senja?
Bungkusan hitam berisi rasa
Rasaku, untukmu
Tentang asa yang mengapung
antara kita
Kau dan aku
Salam yang sering kau sebut dalam
doa
sudah sampai padaku
Aku tetap tinggal di sini
Di kotak hitam yang menunggu
rasamu kala senja
Aku tak bisa lari
Rindu hidup denganmu, lagi
Sudah setahun
Merengkuh rasamu dalam sendiri
Masih rindu hidup denganmu
Bagai dulu
Apakah kau juga merindukanku?
Lalu, apakah kau mau hidup
bersamaku?
Kemarilah, peluk aku
Aku di sini
Di alam lain
Menunggumu mati
Matilah!
Solo, 6 Mei 2015
IMPIAN PERAWAN
Barangkali kau ingat perbincangan kita lepas Subuh
pada datang bulanku yang pertama.
Aku mengeluhkan nyeri yang puncak
dan meresahkan kemaluanku yang becek oleh darah.
Dulu itu aku belum punya nyali untuk bercerita
tentang mimpiku malam itu.
Malu saja jika kau tahu
aku memimpikan abang bujangmu
memeluk dan menciumiku
hingga aku lupa pada apa saja.
Kami telanjang dan mencelupkan badan
pada telaga yang bening.
Aku merasa segar oleh air dan kecupan yang
bertubi-tubi
pada sekujur tubuhku.
Merasai tubuhku yang tak lagi kerdil.
Kubalas peluk-cium dengan sangat pelan,
biar aku tak lekas bangun.
Dari semak belukar muncul buah-buahan segar yang
berjalan
dengan kaki-kaki mungilnya.
Riang gembira menuju kami yang masih telanjang.
Dipersembahkan rasa manis, pahit, asam,
apa pun yang mereka punyai.
Masih kupeluk cium abang bujangmu hingga pagi
berisik.
Solo, 2016
Olen Saddha sedang menempuh studi di ISI
Surakarta. Ia bekerja di Kekata Publisher dan
menjadi wartawan di Majalah Garisbawah.
Tags:
Puisi
0 komentar