Aku & Buku, review Truly Rudiono


Eudannnnnnnn!
Kalimat itu spontan keluar saat saya menilik isi buntelan yang tergeletak dengan manis di meja.
Betapa tidak, entah apa yang ada di kepala seorang Yudhi Herwibowo saat meminta saya membuat semacam curhatan seputar buku. Dasar pemalas, saya edit saja jawaban untuk pertanyaan yang sejenis dari sis Uci beberapa waktu yang lalu. Selesai mengedit, tulisan saya kirim tanpa beban. Dalam artinya diterima syukur jika tidak anggap sekedar penggembira. Yang penting "perintah" sudah dijalankan.Bisa dibayangkan betapa kagetnya saat buku ini mendarat.
Kover yang menggunakan seorang gadis kecil berbaju batik membuat saya terseyum. Batik identik dengan Jawa, dalam hal ini Solo tempat dimana Pawon berkiprah. Apakah ini menandakan Pawon identik dengan Solo? Semoga kelak menjadi seperti itu. Anak kecil selalu merupakan perlambang bagi harapan. Di atas pundak anak manis ini terletak harapan semoga kelak Pawon bisa terus berkiprah bahkan menjadi besar.Semoga mereka, generasi mendatang bisa terus menjalankan tradisi mencintai buku dan membaca.Itu yang saya tangkap dari kover buku ini, entah betul atau tidak sepertinya saya harus meminta konfermasi ke Mas Yudhi dulu.

Membuka daftar isi, saya langsung terpana heran LAGI. Aduh Mas Yudhi ini....., banyak nama besar disana kok bisa-bisanya menyelipkan saya diantara mereka. Wah curhatan saya bak tulisan anak SD disandingkan dengan makalah seorang mahasiswa. Ada lebih dari 30 orang yang menjadi kontributor bagi karya ciamik ini. Mulai dari Mbak Sanie B Kuncoro, Bandung Mawardi, Indah Darmastuti hingga Mas Yudhi sendiri.
Dari judul-judul yang ada sudah terbayang pastilah isinya terkait dengan dunia membaca, buku tepatnya. Buku ini memang buku yang berisi tulisan seputar buku dan hubungannya dengan setiap individu yang menulis kisah. Penulisnya memiliki latar belakang yang beragam. Ada yang memang menulis, pembaca aktif, peneliti, sastrawan bahkan wartawan. Paham khan kenapa saya masih tak habis pikir kenapa saya yang diberi "perintah" Semoga tugas saya tidak terlalu mengecewakan.

Jembatan dan Pengikat dari Mbak Sannie berkisah mengenai masa kecil yang ditemani dengan kisah-kisah dari Alkitab. Ditambah dengan koleksi novel berbahasa Mandarin dan kisah Kho Ping Hoo. Sang ayah sering mengisahkan ulang kisah yang ada dalam buku sehingga Sannie kecil tak perlu membacanya lagi. Ada beberapa kalimat yang sangat saya suka, antara lain " Saya ingin buku itu tidak memiliki halaman terakhir, seolah menjadi sebuah jalan yang tak henti saya telusuri" Setuju mbak..., buku yang menarik membuat kita tak ingin sampai ke halaman terakhir
Mbak Sannie juga pernah berbagi kisah bagaimana proses kreativitas beliau menulis saat kecil. Wah kita punya jurus yang sama mbak. Sayang anak zaman sekarang sudah tidak mendapat tugas mengarang lagi. Andai saja ada pastilah mampu memicu kreativitas mereka.
Membaca Pertanyaan dan Penasaran dari seorang Indah Darmastuti membuat saya tersenyum sendiri. Buku-buku Lima Sekawan, Sapta Siaga masih tersimpan rapi di dalam lemari buku saya. Bahkan saat melihat edisi terbaru, tergoda juga untuk membeli satu set koleksi lengkap sekedar mengenang masa lalu. Sekarang saya tak perlu bekerja keras demi nilai 8 agar bisa mendapat sebuah buku seperti masa lalu.

Tapi sebuah kalimat berbunyi, "...... saya akan bersepeda dari Pajang...." membuat saya terseyum. Maklum saya besar di Jakarta, tapi beberapa daerah di sekitar Solo seakan akrab di telinga. Terutama sekali karena makan para leluhur yang sering kami kunjungi ada disana. Salah satunya Pajang. Salah satu lagi alasan untuk sering ke Solo.
Sepucuk Doa di Sampul Buku dari Sartika Dian Nuraini membuatku memandangi "sahabatku" buku-buku. Aku bisa merasakan bagaimana kepedihannya saat harus meninggalkan begitu banyak koleksi buku di Ghetto. Itu juga yang membuatku lebih mementingkan membawa koleksi buku-buku alih-alih barang-barang berharga saat permainan rumah-rumahan selesai. Bahkan aku sekana tak perduli bagaimana nasib rumah yang dibeli dan renovasi atas biaya bersama. Entah firasat atau apa, tapi saat membawa barang-barangku dulu, seakan ada yang menghalangiku untuk membawa buku-buku dari masa kecilku. Bayangkan jika mereka terbawa lalu tercecer seperti buku-buku lainnya.

Ruman Buku dan Rumah Kebebasan dari Afrizal Maina sesaat membuat saya merenung. Tiada maksud ingin bertingkah sombong apa lagi tidak sopan tapi mau bagaimana lagi jika sebuah perkenalan sudah dimulai dengan pandangan aneh seputar hobi membaca. Bagaimana bisa mengubah skala prioritas jika bagi saya lebih menyenangkan jika berburu buku-buku di pameran buku dari pada acara obralan tengah malam di pusat perbelanjaan.
Kisah ini juga membuktikan, tidak semua pembaca buku lahir di lingkungan yang juga mencintai buku. Jagoan neonku contohnya. Ia sama sekali tak tertarik membaca. Memang kami bisa rukun karena buku, tapi itu juga karena yang dibaca adalah komik. Dan sepertinya seiring bertambahnya usia, membaca menjadi urutan paling bawah dari skala prioritasnya
Kalimat pembuka, " Buku sebuah perahu yang membawa saya ke tengah laut. Dan di tengah laut, ia harus dilupakan" sepertinya menarik jika dijadikan status di tempat saya bekerje. Sekalian minta izin yah ^_^

Sang dalang, Mas Yudhi menutup buku ini dengan kisah mengenai seorang penulis yang sangat saya kagumi, Pearl S. Buck. Senang mengetahui kami punya pendapat yang sama. Kisah Pearl of China memang sungguh menawan. Kekagumannya akan buku itu ditulis dalam Bocah Kecil di Antara Pearl dan Willow.
Sejarah memang bukan hal yang saya sukai, begitu juga dengan buku sejarah. Tapi Mas Yudhi mampu membuat saya terpesona dengan kisah sejarahnya. Anchee Min membuat seorang Yudhi mendapat pencerahan baru mengenai bagaimana menulis sebuah kisah sejarah. Semoga ini menandakan akan segera beredar kisah besutan seorang Yudhi.
Mau tak mau saya setuju dengan ucapan Mas Yudhi. Dalam buku ini banyak yang membagi kisah seputar kehidupan mereka yang bersinggungan dengan buku. Beberapa lebih seperti curhat alih-alih karya sastra. Tapi apapun itu, semua disatukan dalam sebuah tujuan mulia Ulang Tahun Pawon.
Selamat Ulang Tahun Pawon
Semoga kian berkibar
Ehhh apa?
Kisahku....?
Baca saja di sana yah ^_^

Share:

0 komentar