Pengantar tentang Sosok Any Asmara, oleh Impian Nopitasari
Berawal dari acara #bincangsastra solopos fm bulan Mei 2017, sosok Any Asmara diangkat oleh Impian Nopitasari dan Dimas Suro Aji. Acara itu termasuk satu yang paling banyak direspon pendengar. Tapi tak banyak data yang beredar tentang Any Asmara. Bahkan fotonya pun tak ditemukan di internet (foto yang dipakai Pawon merupakan upaya keras Mbak Impian menanyai kawan2nya yang telah lama berkecimpung di sastra Jawa).
Untunglah, bapak Iman Budhi Santoso sebagai anak tiri dari beliau, mau bercerita tentang sosok yang tak banyak dibicarakan ini di hari Minggu esok.
***
Any Asmara, merupakan nama pena dari Achmad Ngubeni Ranusastra Asmara. Ia merupakan seorang pengarang berbahasa Jawa yang cukup masyhur, salah satunya yang paling populer adalah Gerombolan Gagak Mataram. Balai Bahasa Yogyakarta mencatat sudah 70 judul novel dan 750 cerkak, sebuah angka yang fantastis di zaman itu.
Pria kelahiran 13 Agustus 1913 tersebut disebut sebagai penanda angkatan dalam sejarah kesusastraan Jawa, yang kita kenal sebagai Angkatan Panglipur Wuyung. Menurut George Quinn, karya-karya Any Asmara merupakan roman moralistik yang dibumbui berbagai peristiwa sensasional atau sadistis dan diwarnai dengan gelitikan erotis dan adi kodrati. Salah satu novelnya yang lain Tiga Putri Gangga bahkan sempat menyabet gelar novel terbaik Panjebar Semangat.
Di tengah krisis ekonomi tahun 1960an, novel-novel Any Asmara laku keras. Di tengah kerasnya badai ekonomi, novel-novel tersebut menjawab kebutuhan masyarakat yang membutuhkan hiburan. Tetapi kondisi sosio-politik awal masa orde baru menyebabkan keadaan berbalik. OPTERMA atau Operasi Tertib Remaja yang dilakukan pemerintah memberangus roman-roman karyanya. Walau begitu pada masa Orde Baru pemilik nama samaran Bu Mar dan Mbak Any ini sempat menerbitkan 20 judul novel.
Sampai meninggalnya tahun 1990, Any Asmara menghabiskan masa tua di pinggiran kota Solo. Selain beberapa akademisi sastra, tak ada lagi kini yang membincangkannya. Padahal sebagai pengarang yang telah menulis banyak karya seperti ini, sudah selayaknya Any Asmara tetap diperbincangkan oleh generasi-generasi sekarang.
Tags:
Acara
0 komentar