Bagaimana Sebuah Acara Sastra Digelar oleh Pawon? oleh Yudhi Herwibowo
Beberapa
kawan bertanya, bagaimana Pawon merancang sebuah acara?
Sebenarnya
jawabannya sederhana saja. Yang pasti, karena konsep dari Pawon yang semua
anggotanya setara, semua acara harusnya berdasarkan persetujuan bersama.
Dalam ngumpul pawon –semacam rapat pawon
namun- yang biasanya diacarakan di wedangan, acara-acara diusulkan, baik yang
menyangkut cerpen – puisi – novel – esai. Jadi bila bulan ini, acara tentang
cerpen sudah diadakan, bulan berikutnya acara yang lain dari cerpen.
Acara yang
diusulkan harus disetujui semua anggota. Bila tidak, acara itu mentah. Maka
itulah untuk acara mengundang penulis senior dari luar kota, posisinya lebih
rumit. Ketika menentukan mengacarakan penulis A, kawan-kawan pawon harus
menyetujuinya semua. Ini tentu tergantung popularitas penulis tersebut.
Biasanya bila kawan2 sudah membaca tulisan-tulisannya, persetujuan lebih mudah
didapat. Namun saat seorang penulis belum dibaca, oleh sebagian dari kami,
biasanya penolakkan akan terjadi, walau kawan yang mengusulkan dekat dengan penulis
senior itu.
Kami juga
mengupayakan hanya akan mengacarakan penulis tersebut sekali. Ini mengingat
beberapa acara sudah dirancang ke depan, dan berharap penulis-penulis lain bisa
juga hadir.
Biasanya kami mengoplos acara-acara yang kami buat dalam: acara mudah - acara sedang - acara berat. Biasanya acara mudah semacam talkshow, bedah buku, bincang-bincang, dll. Acara sedang biasanya yang memerlukan persiapan misalnya acara-acara pertunjukkan, Mengulik Ronggowarsito, atau membedah Marco, yang perlu proses pengadaan buku, pengumpulan dana, dll. Sedang acara berat biasanya persiapannya lebih memusingkan dan sangat panjang, misalnya acara festival sastra.
Yang sedikit
berbeda dengan komunitas lain, kami tak pernah mengacarakan anggota redaksi. Dengan pertimbangan bahwa banyak acara
yang lebih penting dari sekadar membedah buku diri sendiri, kami memang tak
pernah melaunching atau membedah buku anggota redaksi sendiri. Kami hanya membuat
acara Malam 3, sejenis perayaan buku-buku baru untuk kawan-kawan di
lingkungan kami. Di acara itu kami harus menunggu untuk 3 buku baru sekaligus. Namun
mulai tahun ini, mungkin acara Malam 3
akan diganti dengan Malam 2.
Konsep ini
juga diambil saat menentukan acara untuk #bincangsastra di Solopos FM. Untuk
acara di radio, program lebih mudah dibuat. Tak semua anggota terlibat. Hanya
beberapa yang terlibat. Biasanya saya dan Indah Darmasturi. Posisi anggota
lainnya manut. Namun tentu kawan-kawan lainnya bisa mengusulkan tema. Mulai
bulan September ini, redaksi hanya akan bersiaran 2 bulan sekali. Kami akan
banyak-banyak mencari kawan-kawan lain di sekitar Solo.
Sama seperti
di acara umum, di #bincangsastra kami juga tak melaunching dan membedah buku
milik anggota redaksi sendiri. Kami menyiasati dengan merancang program yang
mengarah pada objek buku itu. Misalnya saat seorang kawan masuk nominasi Kla
Award, kami memilih tema tentang Katulistiwa Award. Atau saat 2 kawan penyair
perempuan kami merilis buku, kami membuat acara puisi-puisi perempuan. Atau
lagi: saat saya merilis buku Halaman Terakhir, tema yang diangkat adalah
menulis nove biografi. Pada intinya tak ada yang langsung membahas itu. Ini
untuk menghindari kawan2 memanfaatkan komunitas.
Ketika acara
sudah disetujui. Kami mengajukan itu pada Balai
Soedjatmoko Solo atau Taman Budaya
Jawa Tengah. Balai Soedjattmoko sangat mendukung acara-acara kami, sehingga
setiap acara kami selalu diberi perlengkapannya: menyangkut tempat, sound,
backdrop, minum dan snack, atau yang lainnya.
Setelah itu
biasanya, saya mulai membuat poster dan spanduk/backdrop. Poster itu dirilis
dif b pawon sebulan atau beberapa bulan sebelum acara, namun baru kami tautkan pada
kawan-kawan biasanya 3 hari sebelum acara. Sehari sebelum acara biasa saya undangan
melalui mengirim pesan singkat. Untuk ini, biasanya saya tak lagi mengirim pada
kawan-kawan yang telah diundang 3 kali, namun tak pernah datang. Bukan karena
marah, tapi karena saya merasa tak enak hati, mengganggu kesibukan mereka.
-yh
Tags:
esai
0 komentar