The Alchemist “Sang Alkemis”, oleh Fanny Chotimah


Karya Paulo Coelho
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, November 2005

Pernahkah anda bermimpi berpetualang ke Mesir melihat piramida lalu menemukan harta karun kepingan-kepingan emas? Saya sendiri belum pernah bermimpi seperti halnya mimpi Santiago seorang anak gembala dari Spanyol yang betul-betul mewujudkan impiannya.
Pertemuan Santiago dengan Raja Salem mengubah hidupnya. Sang raja memberinya inspirasi dan jalan untuk mewujudkan impiannya. Sang raja membekalin Santiago dengan sepasang batu yang disebut Urim dan Tumim yang akan membantunya membaca pertanda-pertanda.Saat dalam rombongan karavan dalam perjalanan menuju Al-Fayoum di Mesir, Santiago bertemu dengan seorang Inggris yang mencari Sang Alkemis seseorang yang mengerti bahasa dunia dan bisa mengubah tembaga menjadi emas. Sang Alkemis lah yang menuntun Santiago mengarungi gurun pasir dan mewujudkan impiannya.
Buku ini sudah pasti sangat populer sepopuler sang pengarangnya Paulo Coelho seorang pengarang BestSeller dari Brazil yang saat ini menjadi salah satu duta perdamaian PBB untuk bidang spiritualitas dan keberagaman. Novel Sang Alkemis ini pertama kali terbit tahun 1987 dan menjadi novelnya yang paling berhasil Saya yakin juga sudah banyak yang membaca termasuk anda mungkin. Bahkan dikalangan teman-teman saya banyak yang terinspirasi dan percaya kalimat magis yang diucapkan sang alkemis “Jika kamu menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu membantumu mendapatkannya”. Kalimat yang sangat kuat bukan? dan saya percaya karena hal itu pernah saya alami.
Saya ingin berbagi pengalaman saya, beberapa waktu yang lalu saya dan suami sempat adu argumentasi memang hal yang biasa dalam suatu hubungan. Sayang sekali kami mengakhirinya dengan tidak baik yang bersalah tidak meminta maaf dan percakapan terbunuh sebelum persoalannya selesai. Saat itu saya berada di Jogja esok harinya akan pergi ke suatu daerah dekat Kebumen menghadiri pesta perkawinan teman dekat. Suami saya berada di Solo dan esok harinya akan ke Purwokerto menghadiri sebuah undangan workshop bersama teman-temannya. Saat di terminal Giwangan saya merindukan suami saya tapi terlalu gengsi untuk memulai kontak seperti mengetik sebuah sms misalnya atau menekan tombol nomor ponselnya untuk sebuah miss call. Sosoknya hadir dalam benak mengenakan kemeja merah kotak-kotak.
Perjalanan dimulai saya menggunakan Bus karena alamat tempat pesta perkawinan teman saya bukan persis di kota Kebumen, saya harus turun di daerah yang bernama Rowokele lalu menghubungi sang pengantin untuk meminta ada yang menjemput (petunjuk ini sesuai perintah teman saya sendiri). Saya turun persis di depan kantor polisi menurut saya tempat yang aman jika teman saya berhalangan saya bisa minta antar pihak berwajib menjalankan tugasnya untuk melayani masyarakat. Diluar dugaan saya, polisi-polisi itu ramah sekali malah menawarkan kesediaan mengantar sebelum saya meminta. Tapi saya menunggu kabar dari teman saya dulu, hingga teman saya menelepon dan mengabari dia akan mengirimkan tukang ojeg dengan motornya untuk mengantar saya.
Si tukang ojeg datang dan naiklah saya menikmati hamparan sawah dan jalanan asing di tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya, sebuah desa bernama Rowokele. Tiba-tiba perhatian saya terpecah saya dikagetkan dengan melihat sosok yang saya kenal, suami saya melambaikan tangannya dibalik jendela mobil menyalip ojeg yang saya tumpangi. Saya sempat tidak percaya melihat penampakannya, saya suruh tukang ojeg menyalip mobilnya. Kami pun menepi lalu bertemu. Spontan saja kami tertawa sungguh luar biasa dipertemukan secara kebetulan yang bukan sebuah kebetulan juga rasanya energi kosmis jagat raya mempertemukan kami, dan hal yang membuat ku semakin tak percaya suamiku memakai kemeja merah bata kotak-kotak seperti yang muncul dalam benak ku sebelumnya saat di terminal Giwangan Jogja.
Bagiku kejadian itu merupakan salah satu dari skenario jagat raya untuk ku. Karena jika saya pikir-pikir peluang untuk bertemu secara kebetulan sangatlah sedikit perbandingannya bahkan hampir tak mungkin. Kami tidak saling mengirim kabar untuk janji bertemu belum lagi ada beberapa hal yang berjalan diluar rencana saya. Seperti waktu keberangkatan sempat tertunda beberapa jam karena bangun terlambat. Saat sampai terminal Bus baru saja berangkat sehingga harus menunggu satu setengah jam. Belum lagi menunggu datangnya tukang ojeg. Sungguh ajaib! mungkin seperti itulah pertemuan Hawa dan Adam di bukit Jabal Rohmah. Saya percaya takdir tidak mutlak dan lebih dari segalanya saya percaya akan kekuatan cinta. Mengutip kalimat Santiago si anak gembala dalam novel Sang Alkemis, “Cinta adalah daya yang mengubah dan memperbaiki jiwa dunia”. Bagaimana dengan anda? Apakah impian anda? Anda percaya jagat raya akan bersatu padu untuk mewujudkan keinginan anda?

Share:

0 komentar