Kolom Akhir: Ugal-ugalan oleh Bandung Mawardi
Kecelakaan
di jalan-jalan Jakarta sering membuat kita sedih dan marah. Pemberitaan
kecelakaan di koran, majalah, dan televisi memiliki kekhasan dalam penggunaan
istilah. Kita akrab dengan istilah ugal-ugalan. Barangkali istilah ini paling
sering ditujukan ke sopir-sopir bus. Mereka dianggap mengendarai bus secara
ugal-ugalan sehingga mengakibatkan kecelakaan. Mengapa ugal-ugalan cenderung
mengisahkan sopir bus? Kita sulit melacak kesejarahan penggunaan awal istilah
ugal-ugalan dalam pemberitaan kecelakaan di Indonesia. Kita juga agak bingung
mengetahui ugal-ugalan menjadi istilah terkenal dengan konteks kecelakaan di
Jakarta.
Poerwadarminta dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (1952) mengartikan ugal-ugalan adalah “nakal, kurang
adjar, berbuat kurang senonoh”. Istilah itu berasal dari bahasa Jawa.
Prawiroatmodjo dalam Bausastra Jawa-Indonesia (1957) mengartikan
ugal-ugalan adalah “tambung, jangka, kurang ajar.” Kita gampang menerima
pengertian “kurang ajar”. Berita tentang sopir bus ugal-ugalan berarti sopir
berlaku kurang ajar saat mengendarai bus. Sopir mengendarai bus dengan
kecepatan tinggi, suka mendahului kendaraan-kendaraan lain secara sembarangan,
atau sopir sedang mabuk.
Apakah ugal-ugalan selalu bercerita
sopir bus di Jakarta? Kita bisa menjawab dengan membuka tulisan-tulisan lama.
Kwee Thiam Tjing alias Tjamboek Berdoeri pernah menulis artikel berjudul
“Ugal-ugalan” di Indonesia Raya edisi 27-29 Juli 1972. Kita simak
kalimat pertama: “Kalau menurut istilah Surabaja adegan ugal-ugalan dimaksudkan
kenakalan anak-anak tanggung jang berangkat besar tetapi masih lama sebelum
bisa dibilang masuk dewasa.” Kwee Thiam Tjiang mengartikan ugal-ugalan adalah
“kenakalan hampir meliwatin batas” Istilah ugal-ugalan tak digunakan dalam
menceritakan atau memberitakan kecelakaan di jalan. Kwee Thiam Tjian malah
bercerita tentang ugal-ugalan bertokoh diri sendiri. Sejak remaja, Kwee Thiam
Tjian sudah ugal-ugalan, menimbulkan kemarahan dan kebencian dari pelbagai
pihak.
Peristiwa paling mengesankan terjadi
saat Kwee Thiam Tjiang berkunjung ke rumah Oei Siangsing, “pegawai tinggi di
gementee Surabaja”. Kwee Thiam Tjian duduk menunggu si tuan rumah. Si jongos
mengantar minuman, kue, dan sigaret. Detik-detik sebelum kemunculan Oei, Kwee
Thiam Tjian “menggasak” sigaret “dikasih masuk dalam kantong djas.” Ulah itu
membuat si tuan rumah kebingungan. Oei melihat jumlah sigaret dalam wadah
berkurang. Obrolan berlangsung dengan keanehan. Oei selalu bergantian memandang
wajah tamu dan wadah sigaret. Kwee Thiam Tjian menahan diri agar tak tertawa.
Ugal-ugalan telah membuat Kwee Thiam Tjian beruntung mendapat sigaret dan
membuat Oei bingung tak keruan. Begitu.
Tags:
Kolom Akhir
0 komentar