Sebuah Tamparan dengan Berjuta Makna dan Pesan - Layar Kata Ackiel Khan

 Thappad yang berarti tamparan seolah bukan hanya ingin menampar masyarakat patriarki yang biasanya cenderung bersikap abai terhadap hal-hal yang selalu dianggap kecil, remeh, bahkan tak penting. Film berdurasi kurang lebih 2,5 jam ini seolah mengajak semua orang untuk memikirkan kembali esensi hidup dan bagaimana memaknai kehidupan itu sendiri. Thappad akan terus mengusik pikiran para penontonnya sembari memposisikan penonton di tengah keadaan dilematis, tetapi juga tetap realistis.

Thappad bercerita mengenai kehidupan Amrita (Taapsee Pannu) yang semula semuanya sangat tampak baik-baik saja. Kehidupan rumah tangganya digambarkan dengan cukup ideal dan mungkin juga menjadi harapan bagi sebagian orang, meski memang bukan hal yang istimewa apalagi sempurna. Sebagai seorang istri dari keluarga kelas menengah, Amrita menjalankan tugas dan kegiatan hariannya yang statis dengan tanpa beban apapun. Ia digambarkan sebagai seorang istri yang sangat dan selalu suportif terhadap suaminya. Amrita adalah ibu rumah tangga yang ceria dalam menghadapi kesehariannya.

Tak berbeda dari Amrita, Vikram (Pavail Gulati), juga merupakan tipe suami yang suportif dan penyayang terhadap istrinya. Sebagai kepala rumah tangga, ia tahu betul apa yang harus dilakukannya. Ia selalu ingin menyenangkan hati sang istri. Bersama Amrita, ia tampak sebagai sepasang suami-istri idaman yang seolah takkan pernah tertimpa masalah besar dalam biduk rumah tangganya. Jika ketenangan dan keceriaan adalah definisi rumah tangga sempurna, maka rumah tangga mereka juga demikian adanya.

Akan tetapi, sebuah kejadian di sebuah pesta malam itu telah mengubah segalanya. Kejadian pada malam itu seolah menjadi titik balik dari segala hal yang akan membuat film ini menjadi suguhan drama keluarga paling menarik sekaligus mengusik. Satu pertanyaan muncul setelah kejadian malam itu: “Akankah sebuah tamparan menjadi alasan yang cukup untuk mempertanyakan apa arti sesungguhnya dari suatu hubungan?”

Beberapa orang yang sudah memiliki pemahaman atau konsep tertentu dalam hal rumah tangga mungkin akan sulit memahami esensi film ini atau bahkan mungkin akan menertawakan konflik yang dibangun oleh sang penulis cerita. Mereka juga akan sulit bersimpati kepada sang pemeran utama. Alih-alih simpati, mereka bisa saja kesal dibuatnya. Itu sebabnya, film ini tak bisa sesukses film-film wanita-sentris tentang patriarki seperti sebelumnya, seperti Pink (2016), meski sambutan yang diterimanya cukup melebihi ekspektasi banyak kalangan.

Thappad merupakan film yang yang cukup thought-provoking. Selama sekitar 2,5 jam, ia bisa membuat penontonnya belajar tentang arti sebuah hubungan yang harus juga didasari oleh rasa hormat, bukan hanya soal cinta dan pengorbanan semata. Perkara hormat bukan hanya soal untuk salah satu pihak saja, melainkan bagaimana kedua belah pihak (suami dan istri) sama-sama mendapatkannya, bahkan tanpa diminta dan dalam berbagai kondisi apa saja.

Tak banyak hal menarik yang perlu dibahas dari sisi teknis ataupun akting dan penyutradaraan. Namun, jika membahas aspek naskah, sang penulis memang terlihat tidak sedang ingin memihak salah satu gender dalam konflik yang dibangunnya. Penonton tidak dituntut untuk menyukai karakter Amrita sepenuhnya, begitupun untuk membenci karakter Vikram seutuhnya. Karakter keduanya tidak diciptakan 100% akan disukai ataupun dibenci. Si Sutradara juga masih tak lupa memberi ruang penjelasan implisit terhadap berbagai kondisi lain jika ada yang mempertanyakan atau ingin mendebat esensi dari konflik yang dibangun dalam film ini. Setidaknya hal itu tergambar dan bisa terlihat dari potret kehidupan rumah tangga orang tua dan mertua, pembantu, pengacara, serta adik sang pemeran utama. Kesemuanya berfungsi sebagai kontraposisi dari segala pertanyaan-pertanyaan penonton yang belum atau sulit terjawab.

Thappad bukanlah film yang akan dapat dengan mudah disukai banyak orang, baik wanita apalagi pria, terutama mereka yang cenderung memiliki pemikiran saklek. Thappad juga bukan tipikal film yang akan mudah dijalani bagi mereka pecinta film-film dengan konflik pelik, aksi menegangkan nan penuh kejutan atau bahkan kisah romansa memilukan yang hanya ingin memeras emosi dan air mata.

Terakhir, Thappad (2020) merupakan karya terbaik Anubhav Sinha setelah film drama sosial berjudul Article 15 (2019) dan Mulk (2018). Ini juga merupakan film terbaik sang aktris utama (Taapsee Pannu) dan tentu saja film Hindi terbaik sejauh ini di tahun 2020. Film yang akan membuat penontonnya tak nyaman dalam setiap detik yg ditontonnya, mengusik egonya dan bahkan tak bisa menerimanya. Ini bukan hanya tamparan bagi sang pemeran utama, melainkan juga tamparan bagi para penonton yang membangun hubungan atau tak ingin memiliki hubungan dengan pondasi serupa. Film yang harus ditonton bagi semua kalangan untuk memahami arti sebuah hubungan dan arti kesetaraan (gender).

 

Tanggal rilis 28 Februari 2020 | Sutradara Anubhav Sinha | Pemeran Taapsee Pannu, Pavail Gulati, Kumud Mishra, Ratna Pathak Shah, Geetika Vidya, Maya Sarao, Dia Mirza, Tanvi Azmi, Ram Kapoor | Nominasi Asian Film Awards Ke-14 Film Terbaik, Penyuntingan Terbaik | Skenario Mrunmayee Lagoo, Anubhav Sinha []

 

 

Ackiel Khan. Eks penerjemah teks film India sekaligus penikmat dan pengulas film India yang bukan hanya Bollywood. Berbagai ulasan film India yang ia tulis bisa dibaca di akun facebook-nya, Ackiel Khan.

Tags:

Share:

0 komentar