Klasik dan Kuno Itu Beda, oleh Truly Rudiono
Memang siapa sih, Harper Lee?
Pulitzer untuk fiksi itu apa?
Bayangkan wajah saya yang
terheran-heran ketika ada yang mengajukan pertanyaan seperti itu. Ceritanya saya sedang bertugas piket hari Jumat di bagian peminjaman. Ada beberapa mahasiswa
yang meminjam novel untuk tugas. Saya merekomendasikan beberapa buku, salah
satunya karangan Harper Lee. Itu
tanggapan mereka atas rekomendasi saya.
Hiks.
Tidak ada yang salah dengan buku pilihan mereka. Hanya saya merasa jika
mereka ingin membuat tugas semisal kritik sastra, maka bacalah buku sejenis
karangan Harper Lee. Memang ada berbagai
novel dalam koleksi, tujuannya tidak lain untuk pembelajaran. Agar
mereka bisa mengetahui bagaimanakah novel yang layak dibaca dan diterbitkan.
Jika sampai mereka tidak mengenal karya Harper Lee, maka mungkin ada
yang salah dengan cara mempromosikan sebuah buku, atau isinya yang dianggap
kurang spektakuler bagi anak zaman sekarang hingga bukan bahan diskusi yang
seru. Banyak hal yang mungkin jadi penyebabnya. Tapi…, saya jadi ingat. Salah seorang staf juga tidak tahu siapa
Harper Lee. Kalau sudah begitu, bisa
dimaklumi jika para mahasiswa tidak tahu, yang tiap saat berurusan dengan buku
saja tidak tahu apa lagi mereka!
Itu sepertinya buku kuno.
Tugasnya menilai buku klasik, mbak.
Ini yang saya mau pinjam
klasik lho, terbitan tahun 199x.
Bagus tidak ceritanya?
Kalimat tersebut membuat saya tercenung. Mahasiswa yang lain menunjukan
beberapa buku yang ia pilih sebagai bahan ulasan. Apa dan bagaimanakah buku
klasik itu sebenarnya? Apakah yang terbit beberapa tahun lewat bisa dikatakan
klasik? Atau isinya yang klasik? Pertanyaan saya dijawab dengan wajah monti
alias monyong tiga senti sambil bergegas meninggal meja sirkulasi. Ucapan
terima kasih (memang tidak saya harapkan kok, sudah tugas saya) dilontarkan
dengan menggerutu.
Duh, mbak cantik dan pintar, padahal saya memberikan pertanyaan sebagai
bahan membuat tugas. Ia bisa mengulas
isi buku tersebut dari berbagai aspek.
Selanjutnya menambahkan kenapa buku yang
ia ulas dikategorikan dalam buku klasik. Saya jadi penasaran, apakah mahasiswa
itu tahu apa yang dimaksud dengan klasik dan kuno.
Menurut KBBI, klasik bisa diartikan sebagai karya sastra yang
bernilai tinggi serta langgeng dan sering dijadikan tolok ukur atau karya
susastra zaman kuno yang bernilai kekal. Maka sebuah kisah yang diterbitkan
pada tahun 199x bisa saja dianggap sebagai karya klasik, namun bisa juga bukan.
Tergantung pada isi dan sudah berapa lama karya tersebut malang-melintang
dalam dunia penerbitan
Jika menilik koleksi saya (contoh yang paling mudah ^_^), Little
Women jelas bisa dianggap buku klasik. Sejak pertama kali diterbitkan
pada 1868 hingga saat ini, tak terhitung
berapa banyak versi kisah para Gadis March diterbitkan. Dari sekadar ganti kover,
diceritakan ulang, adaptasi hingga alih bahasa.
Kisah Little Women bisa dianggap mencerminkan kehidupan era perang sipil saat itu. Lebih
tepatnya pada kehidupan perempuan muda saat itu. Dengan mengambil lokasi di
Concord, Massachusetts, para gadis March memukau para pembaca dengan
aneka tingkah polah dan pemikiran mereka.
Sudah 149 tahun kisah ini dibaca di seluruh penjuru dunia, dan
sepertinya masih ada terus begitu. Pembaca segala usia, latar belakang berbeda,
waktu terbit yang beragam, membuktikan
kisah Little Women mempunyai unsur karya yang layak disebut karya klasik.
Sementara Harper Lee yang disebut buku kuno oleh si mbak mahasiswa, sebenarnya
bisa dikategorikan sebagai buku klasik juga. Sekian tahun sudah terbit,
buku itu masih jadi bahan perbincangan orang. Temanya yang cukup kuat
menjadikan buku ini bacaan yang menarik.
Mari kita lihat apakah buku yang si mbak pinjam termasuk klasik atau
kuno. Kuno bisa dipahami sebagai lama atau dari zaman dahulu. Ketinggalam zaman
sepertinya juga bisa dikategorikan dalam hal kuno. Pakaian, model rambut dan
tas yang top era tahun 90-an, saat ini bisa dikatakan kuno. Demikian juga
dengan buku.
Jika saya tidak salah lihat, buku yang dipinjamnya tadi merupakan sebuah
novel roman. Kondisi bukunya memang sudah agak lecek, maklum terbit tahun 199X
. Tak terhitung berapa orang yang sudah meminjamnya. Mungkin itu yang membuat
si mbak mengira itu buku klasik. Tapi setahuku, buku itu tak jelas nasibnya
saat ini. Tidak ada cetak ulang atau edisi revisi. Bisa dikatakan buku kuno. Apa lagi jika
isinya sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini, makin mempertegas unsur
kuno tersebut.
Banyak yang salah mengartikan bahwa kuno sama dengan klasik. Padahal
sesuatu yang kuno belumlah menjadi klasik. Semoga mbak-mbak lain yang sedang
sibuk mencari bahan untuk tugas, bisa
membedakan mana yang klasik mana yang
kuno.
Berharap makin banyak mahasiswa yang mau membaca buku klasjk hingga bisa
memahami proses kreatif penulis dari berbagai zaman. Mereka bisa belajar karya
seperti apa yang mampu bertahan hingga mendapat predikat klasik.
Baiklah, mari meminjam Harpe Lee dan memberikan informasi singkat pada
teman yang belum tahu siapakah Harpe Lee. Begitulah, kerja di antara buku tidak
menjadi seseorang tahu banyak tentang buku kan ^_^. ||
Tags:
esai
0 komentar